Diganggu Makhluk Astral, Pekerja Migran di India Nekat Gantung Diri

- 6 Juni 2020, 15:28 WIB
ILUSTRASI gantung diri.*
ILUSTRASI gantung diri.* /PIXABAY/

RINGTIMES BANYUWANGI - Di tengah pandemi virus corona, sebuah rumor mengenai hantu menyebar di pusat karantina pemerintah di Desa Kosigi, Distrik Kurnoo, India membuat lebih dari 100 pekerja migran tidak dapat tidur.

Bahkan ketakutan akan cerita mistis di tempat karantina, membuat seorang pekerja migran berusia 47 tahun nekat gantung diri di fasilitas tersebut.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman New Indian Express, kelompok yang terdiri dari 113 pekerja migran telah sampai di Distrik Kurnool dari Thane di Maharastha, India pada 18 Mei 2020 lalu.

Baca Juga: Soto di Warung Mbak Siti, Jadi Langganan Bertahan Hingga 30 Tahun

Para pekerja imigran ini dibawa ke sebuah lokasi karantina pemerintah di desa Kosigi yang merupakan bangunan model sekolah.

Selama beberapa hari menetap di karantina, desas desus mulai menyebar di sekitar para pekerja, bahwa lokasi karantina mereka ada hantu yang berkeliaran.

Desas-desus yang menyebar membuat para pekerja migran ini berkumpul bersama saat malam tiba.

Baca Juga: Santri Cek Kesehatan dan Karantina Saat Kembali ke Wilayahnya

"Kami membentuk kelompok-kelompok dan begadang semalaman karena takut hantu akan datang," ujar seorang pekerja migran.

Dia juga mengungkapkan bahwa mereka telah menangani masalah tersebut dengan membicarakannya pada petugas terkait namun tidak mendapatkan tanggapan.

Beberapa pekerja migran bahkan menuntut agar mereka diizinkan untuk pulang karena masa karantina telah berakhir.

Baca Juga: Di Tengah PSBB ,20 Petak Rumah Semi Permanen di Jakarta Terbakar

Namun, para pejabat berwenang melarang dengan alasan menunggu hasil test keluar.

Pada Rabu, 3 Juni 2020 malam, pria berusia 47 tahun, yang menginap di pusat karantina bersama dengan istrinya, meminta pejabat berwenang mengizinkannya untuk pulang ke kota asalnya, karena hasil tes menunjukan negatif virus corona.

Selain itu, ia dan istrinya juga telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari, namun petugas menolak permintaan tersebut sehingga memicu pertengkaran.

Baca Juga: Ancaman Odion Ighalo Pergi dari Lapangan Jika Diperlakukan Rasis

Pada Kamis, 4 Juni 2020 dini hari, pria berusia 47 tahun itu nekat gantung diri di kamarnya dengan menggunakan kain.

Namun, beruntung nyawanya diselamatkan oleh para pekerja migran lainnya dan kemudian dia dibawa ke rumah sakit.

"Kami takut dan tidak bisa tidur, jadi kami duduk berkelompok di malam hari dan berbicara. Tidak ada pejabat atau staf yang bermalam di sini untuk merawat kami," katanya.

Baca Juga: Bikin Ngiler!, Harga Samsung Galaxy M01, Resmi Meluncur di Pasar India

Petugas medis dari tempat karantina dr. N. Keerthi Priya mengungkapkab bahwa kondisi pria yang mencoba bunuh diri tersebut sudah dalam kondisi stabil dan kini berada di Rumah Sakit Pemerintah.

"Istrinya dinyatakan positif terkena virus corona dan telah dikirim ke rumah sakit Covid. Meskipun beberapa migran di pusat menyelesaikan periode karantina 14 hari, kami tidak bisa membiarkan mereka karena hasil mereka belum tiba," ujarnya menjelaskan.

Upaya bunuh diri dari seorang pekerja migran tersebut memunculkan tanda akan kebutuhan bantuan psikologis di pusat-pusat karantina.

Baca Juga: Akibat Ketakutan, Gadis Remaja Berusia 17 Tahun ini Pindah Rumah

"Seperti rumah sakit Covid-19, setiap pusat karantina juga membutuhkan psikiater yang bertugas. Menyadari apa yang terjadi berbeda dengan mengalaminya. Kami tidak pernah tahu bagaimana otak manusia akan bereaksi terhadap suatu situasi, jadi perlu melakukan pemeriksaan psikologis setiap hari di pusat karantina,” kata kepala departemen epidemiologi di Rumah Sakit Umum Pemerintah Vijayawada, dr. Gopichand.

Namun, petugas medis dan kesehatan distrik, psikiatri, (DMHP), Visakhapatnam mengatakan bahwa setiap wilayah memiliki psikiater yang ditugaskan berdasarkan panggilan.

"Ketika ada kebutuhan, kami mendapat telepon dan mengirim psikiater di pusat khusus itu. DMHP masing-masing kabupaten menjaga pusat dan kebutuhan psikologis di sana. Namun, kurangnya spesialis adalah halangan," tuturnya.

Baca Juga: Ratusan Warga Inggris Nekat Berenang di Danau Beracun Tambang Kapur

Lebih lanjut ia mengungkapkan, karena telah sibuk menyediakan layanan di rumah sakit yang merawat pasien Covid dan beberapa pusat kecanduan yang dibuka, maka pihaknya tidak dapat bekerja secara penuh di setiap lokasi.

"Kami tidak dapat mendedikasikan seseorang secara penuh waktu di setiap pusat. Ini tidak mungkin secara logistik karena kami tidak memiliki banyak lulusan psikologi, profesor, atau mahasiswa," ujarnya.

Sementara itu, terungkap bahwa tidak ada dokter tetap yang ditugaskan untuk berada di pusat-pusat karantina di India.(Rahmi Nurfajriani)

Baca Juga: Sabtu 6 Juni 2020 Layanan SIM Polrestabes Bandung Beroperasi

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x