Menurut Ilmuwan, Kol dan Mentimun Dapat Kurangi Angka Kematin Covid-19

- 21 Juli 2020, 20:30 WIB
TIMUN.*
TIMUN.* /Pixabay

RINGTIMES BANYUWANGI - Berdasarkan penelitian, bahwasannya pada peningkatan konsumsi harian rata-rata sayuran sebesar 1 gram juga dapat mengurangi tingkat kematian.

Meskipun penelitian itu belum ditinjau oleh rekan sejawat lainnya, namun menurut sebuah studi pendahuluan di Eropa, kemungkinan ada hubungan antara tingkat virus corona dan makan sayuran tertentu.

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari Pikiran-Rakyat.com dari laman SCMP, bahwa studi tersebut menyarankan dengan meningkatkan konsumsi rata-rata kubis (kol) atau mentimun sebanyak 1 gram sehari dapat mengurangi angka kematian suatu negara masing-masing hingga sebesar 13,6 persen atau 15,7 persen.

Baca Juga: Hasil Penyidikan Kasus Pembunuhan Yodi Prabowo, Polisi: Ada Gambaran Tapi Belum Saatnya

Berita Ini Sebelumnya telah terbit di Pikiran-rakyat.com dengan judul Ilmuwan Sebut Kol dan Mentimun dapat Kurangi Angka Kematian Covid-19 tapi Tidak dengan Sayuran ini

Namun, menurut penelitian yang dipimpin oleh Jean Bousquet, yang merupakan seorang profesor kedokteran paru di Universitas Montpellier di Prancis, ada satu sayuran yang berpotensi sebaliknya.

Selada juga bepotensi memiliki efek yang sebaliknya, sedangkan sayuran lain tak menunjukkan manfaat melawan penyakit seperti kol atau mentimun.

Studi yang belum ditinjau oleh rekan sejawat ini, terbatas pada Eropa dan para peneliti mengingatkan bahwa hasilnya dapat dipengaruhi oleh ketidakpastian seperti kematian yang dihitung secara berbeda di setiap negara.

Baca Juga: Tak Perlu Mahal Lakukan Perawatan Wajah, Gunakanlah Buah Lemon untuk Atasi Masalah kulit

Tetapi studi ini adalah 'upaya pertama untuk menghubungkan tingkat kematian dengan konsumsi makanan'.

Bousquet mengatakan 'nutrisi tak boleh diabaikan', sebagai faktor di balik kematian Covid-19.

Mereka mencatat bahwa Belgia, Inggris, Spanyol, Italia, Swedia dan Prancis telah mencatat angka kematian Covid-19 tertinggi di dunia.

Baca Juga: LAGU POP : Lirik Lagu ‘Harus Memilih’ oleh Widi Nugroho

Lebih dari 800 telah meninggal per juta orang di Belgia, tingkatnya menjadi dua kali lipat dari Amerika Serikat, negara yang paling parah dilanda pandemi.

Di negara-negara ini, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematian seperti penegakan tindakan penguncian dan iklim bervariasi, tetapi mereka memiliki satu kesamaan yakni kol dan mentimun bukan bagian besar dari makanan.

Di Prancis, rata-rata orang ditemukan mengonsumsi sekitar 1 gram (0,04 oz) kol sehari, sementara di lima negara lainnya, rata-rata kurang dari 5 gram (0,18 oz) sehari.

Baca Juga: LAGU POP : Lirik Lagu ‘Harus Memilih’ oleh Widi Nugroho

Sebaliknya, hampir 30 gram (1,1 oz) kol dikonsumsi rata-rata per hari di Latvia, di mana angka kematian dari Covid-19 termasuk yang terendah di dunia, yaitu 16 per juta orang.

Para peneliti menemukan pola yang sama dalam konsumsi mentimun.

iprus memang tidak makan banyak kol, tetapi lebih dari 30 gram mentimun dikonsumsi rata-rata per hari dan tingkat kematian di wilayah itu setara dengan Latvia.

Baca Juga: Para Pelaku UMKM Diharapkan Lebih Kreatif Ciptakan Inovasi Dimasa Pandemi

Ini bisa dilakukan dengan protein pada manusia yang disebut Nrf2.

Sars-Cov-2, virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, dapat menyebabkan peradangan serius pada pasien yang sakit parah, termasuk menghasilkan partikel oksigen yang merusak.

Nrf2 dapat mengikat dengan partikel-partikel ini untuk mengurangi kerusakannya dan di situlah kubis dan mentimun termasuk.

Baca Juga: Tak Perlu Mahal Lakukan Perawatan Wajah, Gunakanlah Buah Lemon untuk Atasi Masalah kulit

Studi sebelumnya telah menyarankan sayuran yang memiliki senyawa alami seperti curcumin, sulforaphane dan vitamin D dapat meningkatkan produksi Nrf2.

Menurut para peneliti Eropa, itu mungkin berarti orang dengan lebih banyak mentimun dan kol dalam makanan mereka bisa lebih siap untuk melawan virus.

Namun teorinya tidak meluas ke sayuran lain yang diketahui meningkatkan produksi Nrf2 seperti brokoli dan kembang kol, yang tidak ditemukan memiliki manfaat apa pun.

Baca Juga: Rumah Laudya Cynthia Bella Dijual, Raffi Ahmad: Ke Harga Mantan Pacar Lebih Murah, Kan Lebih Bagus

Para peneliti mengatakan satu penjelasan yang mungkin adalah asupan harian yang relatif rendah dari sayuran itu.

Konsumsi rata-rata untuk brokoli dan kembang kol adalah di bawah 6 gram (0,21 oz) sehari di seluruh Eropa, yang dinilai terlalu rendah untuk memberikan perlindungan.

Sedangkan selada adalah teka-teki lainnya, dan salah satu sayuran yang belum dijelaskan oleh para penelitian.

Baca Juga: Tak Perlu Mahal Lakukan Perawatan Wajah, Gunakanlah Buah Lemon untuk Atasi Masalah kulit

Mereka menemukan negara-negara di mana lebih banyak selada dimakan seperti Spanyol dan Italia memiliki tingkat kematian Covid-19 yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara di mana selada dimakan lebih sedikit, seperti Jerman.

Perbedaannya tidak signifikan secara statistik untuk beberapa negara, tetapi polanya jelas bahkan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor seperti PDB, kepadatan populasi, prevalensi obesitas dan juga distribusi usia.

Seorang profesor nutrisi medis di Central South University di Changsha, Tiongkok, Ren Guofeng mengatakan ada bukti kuat bahwa konsumsi sayuran dapat mempengaruhi hasil dari banyak penyakit kronis.

Baca Juga: Suka Berolahraga?, Berikut Kabar Baik bagi Anda yang Suka Melakukannya

Tetapi dia mencatat bahwa masih banyak yang tidak diketahui tentang virus corona, dan mungkin ada faktor-faktor tak terduga yang berperan.

"Ini akan membantu pertempuran melawan pandemi jika kita bisa menemukan kunci rahasia dalam makanan, tetapi sejauh ini bukti tidak cukup kuat untuk mendukung teori ini," katanya.

Seorang ahli epidemiologi dari Institut Pasteur di Shanghai mengatakan penelitian itu memiliki keterbatasan dan mencatat bahwa belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Dia mengatakan hasilnya harus diperlakukan dengan hati-hati, dan orang-orang harus 'menggunakan akal sehat ilmiah untuk membuat penilaian'.***( Rahmi Nurfajriani/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah