Lam mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya telah berkonsultasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia mengenai keputusan tersebut.
Dia juga memberikan daftar risiko yang sangat besar ketika mengumpulkan jutaan pemilih dan staf pemungutan suara dalam sehari.
Lam juga mengatakan banyak warga yang terjebak di luar Hong Kong di tengah penutupan perbatasan dan membantah bahwa Hong Kong tidak memiliki kemampuan untuk pemilihan menggunakan media elektronik atau pos.
Baca Juga: Zayn Malik Kembali Sapa Fans di Instagram Setelah Hari Jadi One Direction Kesepuluh
Lam juga menolak perbandingan dengan negara-negara lain yang telah mengadakan pemilihan di tengah wabah yang semakin buruk. Dia mengatakan hanya 49 negara atau daerah yang melakukan pemungutan suara selama pandemi, sementara itu 68 yang harus menunda itu, seperti contoh pemilihan dewan lokal Australia.
"Jadi bisa dibilang ada lebih banyak tempat atau negara yang menunda pemilihan mereka daripada yang melakukannya sesuai jadwal."
Dengan nada yang semakin defensif, Lam mengatakan kepada konferensi pers bahwa “jelas tidak ada pertimbangan politik” untuk keputusan tersebut, kebijakan itu “tidak ada hubungannya dengan kemungkinan hasil dari putaran pemilihan ini."
Penundaan ini memicu kemarahan dari pihak oposisi dan kelompok pro-demokrasi.
Baca Juga: Setelah yang Pertama, Vietnam Laporkan Kasus Kematian Kedua Akibat Covid-19 dalam Sehari
“Menunda pemilu September selama satu tahun adalah langkah sinis untuk menahan darurat politik, bukan untuk menjaga kesehatan masyarakat,” kata Sophie Richardson dari badan amal Human Rights Watch.