SCSPI mengungkap, ada lebih dari 1.500 kali aksi pengintaian tahun lalu. Dengan jumlah tersebut, aksi mata-mata militer Amerika meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2009.
Saat Tentara Pembebasan Rakyat China menggelar latihan di Kepulauan Xisha, SCSPI mencatat ada 15 operasi pengintaian militer Amerika sepanjang 1-5 Juli 2020. Selain itu, SCSPI mencatat sembilan kali pesawat intai Amerika memasuki wilayah China sejauh 70 mil, atau setara 112,7 kilometer.
Baca Juga: Jadwal Acara TV Trans 7 Selasa, 4 Agustus 2020: Redaksi CNN Indonesia, Si Unyil
Tak cuma itu, pesawat intai militer Amerika juga pernah enam kali memasuki wilayah China sejauh 60 mil, atau 96,5 kilometer. Dan yang paling gila, pesawat intai militer Amerika pernah hanya berada dalam jarak 40 mil (64,4 km) dari garis pangkalan laut militer China.
Lebih lanjut Hu menegaskan, sederet aksi pengintaian ini adalah sebuah provokasi yang dibuat oleh militer Amerika. Sebab, Hu meyakini bahwa Amerika memiliki seluruh sistem pengintaian yang canggih di semua sektor.
"Karena militer AS memiliki semua teknologi pengintaian canggih. Pengintaian udara frekuensi tinggi dan jarak dekat tidak akan diperlukan jika hanya ingin mengumpulkan intelijen di China," kata Hu.
Baca Juga: Diborong Warga Indonesia, Toko Sepeda Brompton di Jerman Tutup
Seperti dalam tayangan artikel sebelumnya di Warta Ekonomi dengan judul “AS dalam Bahaya, Ribuan Aksi Mata-mata Militer Ketahuan China”, Yang terakhir, SCSPI menyebut bahwa militer Amerika tak hanya mengerahkan pesawat intai P-8A Poseidon milik angkatan lautnya. Akan tetapi, ada dua jenis pesawat intai yang sangat jarang diturunkan bahkan kurang dikenal, Northrop Grumman E-8C Joint STARS dan Boeing E-3B Sentry.***