Para Pengunjuk Rasa Mendidih di Jalan-Jalan Beirut, 'Kami membutuhkan keadilan'

- 9 Agustus 2020, 11:48 WIB
Seorang perempuan membawa bendera Lebanon saat aksi unjuk rasa pada 8 Agustus 2020/
Seorang perempuan membawa bendera Lebanon saat aksi unjuk rasa pada 8 Agustus 2020/ /AFP


Kemarahan telah meningkat sepanjang sore di bawah bayang-bayang pelabuhan Beirut yang tersisa. Massa berdatangan ke alun-alun - tempat protes anti-pemerintah yang meriah Oktober lalu - sepanjang sore semakin bergejolak.


Sejumlah orang berjalan dari daerah yang rusak parah akibat ledakan yang menewaskan sedikitnya 157 jiwa dan melukai hampir 5.000 lainnya.


Banyak dari para demonstran melakukan unjuk rasa pada minggu-minggu setelah pemberontakan 17 Oktober, yang menyebabkan pengunduran diri pemerintah saat itu dan pemasangan beberapa wajah baru menjawab pemimpin yang sama.

 Baca Juga: Presiden Jokowi Resmi Terbitkan PP Pengalihan Pegawai KPK Menjadi ASN


“Kami tidak bisa melakukan ini lagi,” kata Julie Warde, 24, seorang fisioterapis dari Zahle. “Sebagai seseorang yang bekerja di sektor medis, saya telah melihat bagaimana krisis sejak Oktober telah memengaruhi segalanya, betapa tidak ada yang mampu membeli apa pun. Inilah akhirnya," sambungnya.

Seorang teman, bernama Jean Helou, 24 mengatakan,“Kami memiliki presiden kriminal dan kami ingin membunuhnya. Saya di sini pada bulan Oktober dan kami marah saat itu. Tidak ada yang berubah. Apa yang mereka harapkan dari kita setelah ini? ”


Kurangnya reformasi telah menjadi hambatan konstan sebelum ledakan pelabuhan, yang disebabkan oleh hampir 3.000 ton amonium nitrat yang meledak setelah kebakaran. Kerusakan dahsyat dianggap sebagai salah satu kecelakaan industri terbesar di dunia.***

 

 

 

Halaman:

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x