Semakin Membara, Jet Pengintai AS Berkeliaran di Laut China Selatan, Tiongkok Beri Peringatan

- 12 Agustus 2020, 15:51 WIB
Ilustrasi pesawat jet tempur.*/
Ilustrasi pesawat jet tempur.*/ //Pixabay

RINGTIMES BANYUWANGI - Para pejabat militer Tiongkok memperingatkan Amerika Serikat (AS) terkait misi pengintaian jarak dekat mereka di atas Laut China Selatan.

Sebab, Angkatan Udara (AU) AS dinilai menimbulkan risiko ancaman bagi pesawat-pesawat komersil yang melewati wilayah Laut China Selatan.

Dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari Pikiran-Rakyat.com , militer AS diketahui memiliki beberapa jenis jet pengintai yang dikembangkan mirip dengan pesawat komersial.

Baca Juga: Lirik Lagu Dangdut Nella Kharisma : Mindo Loro

Angkatan Udara AS juga dilaporkan telah meningkatkan kegiatan pengintaian mereka hingga dekat pantai selatan Tiongkok, dalam beberapa pekan terakhir.


Sejak 5 Agustus 2020 lalu, mereka juga sudah mulai melakukan operasi pada malam hari dengan menggunakan jet jenis E-8C.

Seorang sumber dari Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Tiongkok mengatakan, E-8C pertama kali diidentifikasi oleh sistem radar kontrol udara yang berada di Provinsi Guangzhou sebagai pesawat komersial.

Baca Juga: Menikah di Tanggal Milad Meggy Wulandari, Kini Resmi Bercerai Tepat di Hari Ulang Tahun Kiwil

Jet tersebut dilaporkan terbang pada ketinggian lebih dari 9.000 meter (29.500 kaki) di atas Laut China Selatan.

Kemudian, E-8C diidentifikasi sebagai Angkatan Udara AS pada saat terbang di atas ibu kota Provinsi Guandong, Tiongkok.

Lebih lanjut sumber tersebut mengklaim bahwa militer AS dapat menyebabkan risiko kecelakaan pada pesawat komersil.

Baca Juga: Keren, Bali Dikabarkan Akan Miliki Kereta Api Tanpa Rel, Didiek: Secara Investasi Lebih Murah

"Itu mungkin saja menyebabkan kecelakaan pada pesawat komersil di tengah meningkatnya ketegangan antara militer Tiongkok dan AS," ujar seorang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya tersebut.

Dirinya menambahkan, militer AS dan para sekutunya sering kali menggunakan jet pengintai yang didesain seperti pesawat komersil.

"Menggunakan jet yang mirip dengan pesawat komersil sebagai perlindungan adalah operasi umum bagi Amerika dan sekutu dekat mereka, Israel. Tapi Laut China Selatan adalah salah satu wilayah udara internasional tersibuk di dunia, hal itu dapat membahayakan pesawat komersil asli," tambahnya.

Baca Juga: Ini Ungkapan Ray Sahetapy Kenang Almarhumah Putrinya yang Berulang Tahun

Berita ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul Makin Panas, Jet Pengintai AS Berkeliaran di Laut China Selatan hingga Buat Tiongkok Beri Peringatan

Mantan Instruktur Akademi Angkatan Laut Taiwan, Lu Li-shih menyebut bahwa banyak angkatan laut maupun angkatan udara dari berbagai negara memainkan trik untuk menutupi aktivitas militer mereka.

Menurutnya, hal tersebut akan mengancam keselamatan maskapai penerbangan jika operator militer di darat gagal melakukan verifikasi.

Lu menjelaskan, kesalahan para militer yang menembak pesawat komersil karena gagal melakukan verifikasi hingga mengakibatkan kecelakaan memang kerap terjadi.

Baca Juga: Susah Bicara Saat Presentasi?, Berikut Ini Tips Lancar Public Speaking

"Perang itu seperti penipuan. Ada beberapa kecelakaan yang terjadi ketika pasukan pertahanan suatu negara menembakkan rudal kepada pesawat komersil karena gagal memverifikasi," jelasnya.

Kecelakan seperti itu pernah terjadi pada 7 Januari 2020 lalu. Dilaporkan sebuah pesawat komersil Boeing 737 asal Ukraina, ditembak jatuh oleh pasukan Iran saat hendak lepas landas di Teheran, sehingga menewaskan semua penumpang dan awak.

Pemerintah Iran kemudian mengatakan bahwa insiden itu adalah human error, anggota militer mereka mengira jika pesawat tersebut merupakan milik musuh.

Baca Juga: Coba 5 Tips Menjaga Lingkungan Agar Tidak Tercemar

Hal serupa terjadi pada 1 September 1983 silam, ketika Boeing 747 Korean Air Lines ditembak jatuh oleh jet Su-15 milik Uni Soviet dan mengakibatkan 269 penumpang serta para awak meninggal dunia.

Dikabarkan, saat itu Boeing 747 Korean Air Lines sedang dalam perjalanan dari New York menuju Seoul. Militer Uni Soviet kemudian memberikan klarifikasi bahwa personelnya menganggap jika pesawat tersebut merupakan jet mata-mata milik Angkatan Udara AS.(Sarah Nurul Fatia/Pikiran Rakyat).***

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah