Pemimpin Prancis tersebut diperkirakan bertemu Mustafa Al-Khadhimi selama perjalanan panjangnya yang dilakukan di tengah krisis ekonomi global serta pandemi virus corona yang menyebabkan tekanan ekonomi dan politik yang tinggi di negara Irak.
Ia juga diperkirakan bertemu Nechirvan Barzani, presiden wilayah Kurdi Utara semi-otonom.
Baca Juga: Sering Diabaikan, Lidah Mertua Jadi Salah Satu Tanaman Hias Termahal di Dunia, Berikut 4 Daftar Lain
Mustafa Al-Khadhimi dipilih oleh Anggota Parlemen pada bulan Mei lalu untuk memimpin pemerintahan yang akan mengawal negara tersebut menuju pemilihan umum pertama dan diminta agar diadakan pada bulan Juni 2021.
Sebelumnya, Irak dipimpin oleh Adel Abdul Mahdi yang mengundurkan diri akibat tekanan protes terhadap korupsi dan campur tangan asing pada Desember tahun 2019 lalu.
Pemilihan umum pertama merupakan sebuah tuntutan utama dari aktivis anti-pemerintah yang menimbulkan demonstrasi massal selama beberapa bulan.
Demonstrasi tersebut menewaskan ratusan petugas keamanan dan pasukan bersenjata yang diduga berkaitan dengan beberapa kelompok bersenjata di Irak.
Baca Juga: 10 Sifat Buruk Paling Dibenci Allah SWT, Satu di Antaranya Kezaliman Penguasa
Setelah Amerika Serikat memipin penyerbuan untuk menggulingkan mantan presiden Saddam Hussein pada tahun 2003, Irak diporak-porandakan oleh gelombang konflik sektarian yang berpuncak pada ISIS yang merebut petak-petak negara itu enam tahun lalu.
Di waktu yang sama, negara tersebut terperangkap antara dua negara sekutunya yakni Iran dan Amerika Serikat.