Tim Khusus Pengembangan Vaksin Covid-19, Resmi Dibentuk Pemerintah

6 Juni 2020, 12:41 WIB
SEORANG teknisi menguji sampel vaksin untuk Covid-19 di Perusahaan Tiongkok National Pharmaceutical Group di Beijing.* /Xinhua News/

RINGTIMES BANYUWANGI  - Update data kasus positif covid-19 terbaru di Indonesia telah menjangkiti lebih dari 29.000 orang.

Bahkan, angka tersebut masih terus mengalami penambahan setiap harinya.

Baru-baru ini beredar informasi bahwa, atas inisiatif beberapa kementerian, akhirnya Indonesia berhasil bentuk tim khusus pengembangan vaksin virus covid-19.

Baca Juga: Nasa Ungkap 6 Juni 2020 Asteroid Mendekati Bumi dengan Jarak Dekat

Tim khusus pengembangan vaksin itu tinggal menunggu keputusan Presiden Joko widodo untuk menyetujuinya.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, tim pengembangan vaksin virus corona tersebut akan dipisahkan dari Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang telah dibentuk sebelumnya.

Dalam tim yang khusus menangani pengembangan vaksin ini, beberapa kementerian akan bergabung, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, Kementerian Luar Negeri hingga BPOM.

Baca Juga: SMAN 5 Kota Bandung Siapkan Strategi Antisipasi Pemalsuan Berkas

"Kami memutuskan untuk membentuk tim pengembangan vaksin Covid-19 yang dipisahkan dari konsorsium. Kami akan memohon kepada presiden untuk menetapkannya melalui Keppres," katanya dalam telekonferensi pers, Jumat 5 Juni 2020.

Menurutnya, ada beberapa pertimbangan untuk memisahkan tim pengembangan vaksin dengan konsorsium.

Adanya percepatan pengembangan sampai produksi vaksin diharapkan bisa terwujud dalam tim yang dibuat khusus tersebut, juga diharapkan bisa mengurangi ketergantungan ketersediaan vaksin dari negara lain.

Artikel ini sebelumnya telah tayang di Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Pemerintah Indonesia Resmi Membentuk Tim Khusus Pengembangan Vaksin Virus Corona"

"Tim ini punya prinsip, yakni vaksin supaya cepat dihasilkan, efektif, sesuai dengan yang diharapkan. Dalam artian, menangani virus Covid-19. Terakhir, kami berharap mencapai kemandirian dalam pengembangan vaksin itu sendiri," katanya.

Ia menambahkan, meskipun tim pengembangan vaksin berupaya mengembangkan sendiri, namun tidak tertutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan pihak luar negeri.

Menurutnya, tim pengembangan vaksin akan beroperasi secara paralel.

Baca Juga: Perhatikan 4 Faktor ini Saat Berjemur, Nomor 3 Sering Disepelekan!

"Selain upaya peneliti dalam negeri mengembangkan vaksin sampai memproduksinya, beberapa perusahaan (BUMN) sudah melakukan kerjasama (dengan pihak luar). Kami kerjasama untuk memastikan pasokan vaksin dan juga transfer teknologi dalam hal pengembangan dan produksi," ujarnya.

Sebelumnya Kemenristek/BRIN membentuk Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19.

Konsorsium ini menangani hal yang lebih luas terkait virus corona, baik itu dari aspek riset alat kesehatan, terapi sampai obat-obatan.

Baca Juga: Obat Darah Tinggi Bisa Bantu Tekan Risiko Kematian Pasien Covid-19

Bambang mengatakan, meskipun tim pengembangan vaksin virus corona dipisahkan dari konsorsium, namun anggaran operasionalnya masih tetap bersumber dari konsorsium.

Sebelumnya, anggaran Rp 200 miliar dialokasikan untuk konsorsium. Namun demikian, Bambang mengharapkan juga adanya dukungan dari BUMN yang berpartisipasi dalam tim pengembangan vaksin ini ke depannya.

Setiap negara kini tengah berlomba untuk menemukan vaksin. Menurut Bambang, ada 157 pihak yang berupaya menemukan vaksin. Namun, menurut catatan WHO, baru 10 di antaranya yang sudah masuk ke tahap uji klinis.

Baca Juga: Warga Perumahan Tanjung Elok Purwokerto Gegerkan Ular Sanca 2,5 Meter

Banyaknya pihak yang berupaya menemukan vaksin berangkat dari kondisi pandemi yang melanda banyak negara. Hal itu sekaligus memunculkan adanya peluang pasar tersendiri dalam hal produksi vaksin.

Menurut Bambang, banyaknya pihak yang berupaya memproduksi vaksin, akan membuat penemuannya lebih cepat dari sebelumnya.

Di masa lalu, katanya, upaya pembuatan vaksin berjalan lambat karena suatu penyakit tidak termasuk pandemi.

Baca Juga: Menurunnya Aktifitas di Luar Rumah Berdampak Positif Bagi Udara

Ia mencontohkan beberapa penyakit, seperti malaria, demam berdarah, hanya ada di daerah tertentu. Kemudian, penyakit seperti hepatitis tidak menjadi pandemi.

Mewabahnya pun tidak seganas Covid-19. Hal ini ia katakan saat menanggapi informasi yang selama ini beredar bila pembuatan vaksin akan memakan waktu lama.

"Dan itu yang barangkali membuat penelitian menjadi lambat. Karena terus terang, kalau kita lihat penelitian Covid-19 yang terjadi sekarang, perlombaan di antara perusahaan farmasi besar dunia, itu memang motivasinya karena mereka akhirnya melihat marketnya besar. Kenapa? Ini adalah pandemi.

Baca Juga: Penuding Nagita Slavina Penipu Akui Dirinya Memang Suka Berkata Kasar

Sekian miliar orang di dunia ini butuh vaksin Covid-19. Jadi kemudian itu yang memotivasi perusahaan-perusahaan itu untuk cepat risetnya dan kami melihat, Covid-19 adalah bagian dari virus corona yang kebetulan LBM Eijkman sudah melakukan penelitian yang cukup lama.

Demikian juga lembaga penelitian di luar negeri. Itulah yang membuat optimisme bahwa Covid-19 ini vaksinnya bisa ditemukan apakah akhir tahun ini ataukah awal tahun depan," ujarnya.(Penulis: Sophia Tri Rahayu) 

 

Editor: Sophia Tri Rahayu

Sumber: portaljember.pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler