Saat Peristiwa G 30 S PKI, Soekarno Dipastikan Tidak Bermalam di Istana

28 September 2020, 20:46 WIB
Kesemrawutan fakta-fakta G 30 S, Soekarno dan Artika Sari Dewi./*net /

RINGTIMES BANYUWANGI – Pada sidang pengadilannya tahun 1967, Supardjo menyatakan ia bermaksud memberi tahu Sukarno tentang G-30-S dan meminta kepadanya agar mengambil tindakan terhadap Dewan Jenderal.

Seperti dikutip dari buku Dalih Pembunuhan Massal karya Jhon Roosa, Barangkali rencana G-30-S adalah membawa jenderal-jenderal yang diculik ke istana dan meminta presiden agar mengesahkan penahanan terhadap mereka, serta memerintahkan pengadilan terhadap mereka atas tindakan makar.

Atau G-30-S mungkin hendak membawa Sukarno ke Halim untuk bertemu dengan jenderal-jenderal itu di sana.

Baca Juga: Dituding Sebagai Mars PKI, Begini Lirik Lagu Genjer-genjer Karya Arief Muhammad

Dalam pemberitaan pertama mereka, yang disiarkan pada sekitar pukul 7.15 pagi, G-30-S menyatakan bahwa Presiden Sukarno “selamat dalam lindungan Gerakan 30 September.”

Agaknya G-30-S berniat memberikan perlindungan terhadap presiden entah di istana atau di Halim.

Sementara Supardjo bersama dua komandan batalyon sedang menunggunya, Sukarno dibawa kembali ke istana dari rumah isteri ketiganya, Dewi, tempat ia bermalam.

Baca Juga: Tewaskan Belasan Tentara, Hubungan Antara Armenia dan Azerbaijan Memanas

Pejabat komandan pasukan kawal istana, Kolonel H. Maulwi Saelan, melalui radio menghubungi pasukan kawal Sukarno dan meminta agar mereka menjauhi istana karena banyak pasukan tak dikenal yang ditempatkan di depan istana.

Saelan mengirim pesan radio dari rumah isteri keempat Sukarno, Harjati, di kawasan Grogol.

Sejak pagi ia telah pergi ke rumah Harjati untuk mencari Sukarno.

Kesemrawutan Fakta-fakta G 30 S PKI Pikiran-rakyat.com

Baca Juga: Insiden Pesawat MH17 Tewaskan 298 Orang, Tersangka Bantah Terlibat dalam Insiden Nahas Itu

Atas saran Saelan presiden dan para pengawalnya langsung menuju rumah Harjati. Mereka tiba di sana sekitar pukul 7.00 pagi.

Ketidakmampuan G-30-S menempatkan Sukarno “di bawah perlindungannya” terasa aneh, mengingat bahwa tugas dari orang yang dianggap sebagai komandan G-30-S, Letkol Untung, ialah mengetahui tempat presiden berada.

Untung memimpin satu batalyon pengawal istana. Pada 30 September malam ia menjadi bagian dari kelompok keamanan Sukarno ketika ia berbicara di depan Konfernas Ahli Teknik di stadion Senayan Jakarta sampai sekitar pukul 23.00.

Baca Juga: Cek Sekarang, Berikut Cara Baru Daftar Online Bantuan UMKM Rp2,4 Juta

Bahkan ketika Untung sudah pindah ke Pangkalan Udara Halim sesudah konfernas usai, seharusnya ia dengan mudah selalu dapat melacak keberadaan Sukarno dengan menghubungi perwira-perwira lain dalam pasukan kawal istana.

Tugas menjaga istana di waktu malam bergilir di antara empat satuan kawal; masing-masing dari empat angkatan – Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Angkatan Kepolisian – mempunyai satu detasemen yang diperbantukan untuk istana.

Pada malam itu giliran jatuh pada satuan dari Angkatan Darat, yaitu Untung dan anak buahnya. 

Baca Juga: Berikut PNS dengan Gaji Tertinggi di Indonesia, Tunjangan Capai Rp100 Juta Lebih

Mereka seharusnya sudah mengetahui pada sekitar tengah malam bahwa presiden tidak bermalam di istana.

Untung, seperti juga Saelan, dari pengalaman tentu sudah mengetahui bahwa presiden sering tidur di rumah para isterinya.

Dengan pengetahuan bersama dari sekitar enam puluh orang prajurit pengawal presiden yang ada di dalam G-30-S, bagaimana mungkin Untung tidak dapat melacak keberadaan Sukarno?

Baca Juga: Terus Usik Papua, Indonesia Putuskan Asingkan Vanuatu

Ini merupakan keganjilan yang jarang mendapat perhatian: seorang perwira tinggi dalam pasukan kawal presiden, memimpin aksi untuk menyelamatkan presiden, tidak mengetahui lokasi sang presiden, padahal pengetahuan tentangnya merupakan unsur yang sangat penting dalam seluruh rencana.

Dengan demikian G-30-S bekerja dengan tujuan yang saling berselisih: sekitar pukul 4.00 pagi G-30-S menempatkan pasukan di depan istana yang kosong, membuat Sukarno menjauhi istana, sehingga mengakhiri harapan bahwa misi Supardjo akan berhasil.

Supardjo dan dua orang komandan batalyon hilir mudik di pintu masuk istana. Mereka tidak memiliki sarana untuk mengontak pimpinan inti G-30-S di Halim dan memberi tahu mereka tentang tidak adanya Sukarno di istana. Mereka hanya menunggu.

Baca Juga: Tak Hanya Bikin Mabuk, Kecubung Dapat Redakakan Pegal Linu dan Rematik

Sementara itu perwira AURI yang bersama mereka dalam satu jip dari Halim, Letkol Heru Atmodjo, memutuskan pergi mencari Panglima Angkatan Udara, Laksamana Madya Omar Dani.

Letak Markas Besar AURI tidak jauh dari istana. Atmodjo menuju ke sana mengendarai jip dan tampaknya sudah tiba di sana sebelum pukul 7.15 karena ia ingat ia mendengar pengumuman pertama G-30-S melalui radio yang ada di Mabes AURI.

Sesama rekan-rekan perwira di mabes menyampaikan kepadanya bahwa Omar Dani berada di pangkalan udara Halim.

Baca Juga: Serang Indonesia, Ini 5 Fakta Mengejutkan Vanuatu, dari Kanibalisme hingga Negara Paling Berbahaya

Kemudian Atmodjo kembali dengan jip menuju Halim, dan menemukan Dani di kantor utama.

Atmodjo tiba antara pukul 8.00 dan 8.30, dan ia melaporkan apa yang baru saja disaksikannya: Supardjo pergi ke istana tetapi gagal bertemu presiden.

Tidak lama sebelum Atmodjo bertemu dengannya, Dani menerima telefon dari salah seorang anggota staf Sukarno, Letnan Kolonel Suparto, yang mengatakan Sukarno akan segera meninggalkan rumah Harjati menuju pangkalan AURI Halim.

Baca Juga: Ketahui 6 Fakta dan Mitos Seputar Asam Urat yang Jarang Orang Tahu

Pesawat terbang kepresidenan selalu disiapkan di pangkalan udara sewaktu-waktu presiden perlu segera meninggalkan ibu kota.

Pada saat-saat serba tak menentu itu Sukarno merasa yang terbaik adalah berada dekat dengan pesawat.

Seperti ditegaskan Sukarno dalam pernyataan-pernyataan publiknya di belakang hari, ia pergi ke Halim atas prakarsa sendiri, sebagai prosedur operasi baku dalam keadaan krisis, tanpa berhubungan sama sekali dengan G-30-S sebelumnya.

Baca Juga: Pesona 11 Jenis Tanaman Hias Philodendron, Tak Kalah dengan Aglaonema

Ketika ia dan para ajudannya memutuskan Halim merupakan tempat yang paling aman, mereka tidak mengetahui bahwa pimpinan G-30-S berkubu di sana.

Ketika Omar Dani mendengar Sukarno akan tiba di Halim, Laksamana Madya itu memerintahkan Atmodjo menggunakan helikopter AURI untuk segera menjemput Supardjo dari istana.

Dani bermaksud memastikan bahwa wakil pasukan pemberontak ini mempunyai kesempatan berbicara dengan presiden.

Baca Juga: Hikmah Mempelajari dan Menghafalkan Asmaul Husna

Atmodjo kembali ke Halim dengan membawa Supardjo pada sekitar pukul 9.00 pagi dan mengantarkannya ke kantor utama pangkalan udara.

Di sana Supardjo bercakap-cakap dengan Dani, sementara Atmodjo menunggu di luar kantor.

Sesudah dua tokoh itu keluar dari kantor, Atmodjo membawa Supardjo dengan mobil ke kediaman Sersan Anis Sujatno, masih di daerah pangkalan udara, yang digunakan sebagai tempat persembunyian G-30-S.

Baca Juga: Sosok Diplomat Muda Silvany Austin, Pukul Telak Vanuatu di Forum Internasional PBB

Supardjo mengetahui jalan ke arah rumah itu. Atmodjo menyatakan belum pernah mengetahui letak rumah itu sebelumnya.

Dengan mengendarai jip mereka menyusuri jalan berliku-liku area pangkalan udara sampai akhirnya menemukan rumah tempat para pimpinan inti G-30-S berkumpul.

Tidak lama kemudian Atmodjo mengantar Supardjo, dengan kendaraan jip itu pula, kembali ke kantor komandan pangkalan udara.

Baca Juga: Asmaul Husna, Makna Al-Mughni, Al Ghaniyyu, Al Alim, dan Al Afuwwu

Di sinilah akhirnya Supardjo dapat bertemu Sukarno, yang sementara itu telah tiba. Sukarno tampaknya tiba di Halim antara sekitar pukul 9.00 dan 9.30 pagi. (Bersambung)***

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler