Tifauzia Menyebut Buzzer Itu Bebas Pidana dan Membunuh Demi Uang Receh

- 8 April 2020, 17:05 WIB
Ilustrasi dokter
Ilustrasi dokter /Pikiran Rakyat/ .*(foto Pikiran Rakyat.com)

Demi nasi. Demi recehan. Manusia-manusia gagal hidup itu tega dan begitu keji jadi suruhan dan budak kejahatan.

Dalam sejarah panjang, banyak ilmuwan dan penegak kebenaran menentang arus, menyuarakan kebenaran, terbully sampai bunuh diri (Edward Jenner) terpenggal (Galileo), terbakar (Joan of Arc), dipaksa minum racun (Senecca).

Baca Juga: Ide Sampah!, Tentang Teori Konspirasi Sinyal 5G Sebabkan Virus Corona

Di masa sekarang, di abad 21 ini, pedang, racun, api, diganti dengan hoax dan fitnah melalui serangan membabi buta tak kenal ampun.

Inilah Indonesia. Dimana sebagian penduduknya sanggup menggadaikan kemanusiaan, menjadi buzzer-buzzer budak, merendahkan diri serendah-rendahnya, demi nasi, demi receh. 

Di mata saya hanyalah, nyawa 273 juta rakyat Indonesia, yang harus segera disadarkan dengan pengetahuan, yang harus segera dibuat melek mata dengan kenyataan, yang harus segera dipaksa menerima kebenaran walau pahit, agar tehindar dari bencana lebih luas lagi, bencana Covid-19.

Baca Juga: Sering Terasa Lelah Meski Tidak Melakukan Apapun? Simak Ulasan Berikut

Dokter di Rumah Sakit berjuang, di tengah gempuran serangan virus Covid-19, dengan APD seadanya dan jiwa sekuatnya.

Saya bekerja di lapangan dan sosial media, berjuang menyuarakan kebenaran dan pengetahuan di tengah gempuran serangan buzzer, hoax dan fitnah dengan bekal keyakinan semata.

Semoga Allah melindungi kami, para Dokter yang bekerja dari preventif hingga kuratif.

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: hajinews.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah