Tidak Puasnya Rusia Atas Skema Imbal Dagang Indonesia Perlambat Kedatangan Su-35 di Jakarta

15 Oktober 2021, 17:50 WIB
Ilustrasi jet tempur/Keterlambatan datangnya jet tempur Sukhoi Su-35 dikabarkan karena Rusia yang tidak puas dengan skema imbal dagang Indonesia. /Pixabay.com/robertwaghorn/

RINGTIMES BANYUWANGI – Niatan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan pesawat jet tempur Sukhoi Su-35 kabarnya semakin matang untuk direalisasikan.

Skema imbal dagang atau biasa disebut dengan barter antara Rusia dan Indonesia nantinya juga akan dilibatkan dalam pembelian Sukhoi Su-35.

Barter yang diberikan oleh pemerintah Indonesia berupa kekayaan alam yang ada di Indonesia seperti kopi, minyak sawit, teh hingga hasil kerajinan dan bumi lainnya.

Hal ini tentu akan sangat menguntungkan bagi Indonesia, mengingat hanya bermodalkan hasil bumi tersebut sudah bisa ditukar dengan jet tempur Sukhoi Su-35.

Baca Juga: Rusia Ternyata Beri Diskon Besar ke Indonesia untuk Pembelian Sukhoi Su-35, Tak Disangka

Namun, kabar tidak baik muncul saat webinar pada 29 Juli 2021, dimana Koordinator Bidang Peningkatan Akses Pasar Kemendag Bambang Jaka menjelaskan bahwa terkait pembelian Koordinator Bidang Peningkatan Akses Pasar Kemendag Bambang Jaka tersebut posisi Indonesia kini masih stagnan.

"Selama ini posisi Indonesia belum ada kepastian lanjut atau tidak," ujarnya.

Persiapan komoditas yang akan digunakan dalam tukar guling Sukhoi Su-35 sendiri menurutnya sudah dilakukan hingga saat ini.

"Intinya sampai sekarang (pembelian) masih berproses," kata Jaka dikutip dari Zonajakarta.

Baca Juga: Alasan Rusia Berikan Harga Mahal Sukhoi Su-35 ke Indonesia Terungkap, Beda Jauh dengan Mesir

Kemudian untuk menindaklanjuti hal ini Duta Besar RI untuk Federasi Rusia Jse Antonio Morato Tavares, Direktur Fasilitasi Ekspor dan Impor Marthin, Atase Perdagangan Tengku Bayu Nasrul Sjah, hingga perwakilan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), PT BNI Tbk dan PT Askrindo menyaksikan penandatanganan MoU antara PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) dan LLC Myriad Group untuk melakukan skema imbal dagang dengan Rusia.

"Penandatanganan MoU jadi langkah awal implementasi imbal dagang dengan negara mitra. Harapannya upaya ini turut meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Rusia," jelas Marthin dalam siaran pers secara virtual pada 5 Agustus 2021.

"Program (imbal dagang) ini diinisiasi Kementerian Perdagangan jadi strategi baru Indonesia menghadapi tantangan krisis global," tambah Jose Antonio.

Indonesia sendiri akan melakukan 50 persen pembayaran imbal dagang dengan komoditas dalam negeri.

Baca Juga: Tolak Pembayaran 11 Unit Jet Tempur Rusia dengan Karet Mentah, Mendag: Ada Added Value

Nilainya cukup banyak yakni 570 juta dolar AS.

Kemudian 50 persen lagi akan dibayar dengan uang cash.

Nantinya transaksi 11 unit Su-35 mencapai 1,14 miliar dolar AS.

Rumitnya transaksi pembelian Su-35 rupanya membawa dampak lamanya Flanker E tiba di Indonesia, hal ini sebagaimana dikutip dari Zonajakarta.com dengan judul Gegara Indonesia Tolak Permintaan Karet Mentah dari Rusia, Moskow Belum Mau Kirim Su-35 ke Jakarta

Terlebih kontrak pembelian Su-35 belum efektif sejak 2018 lalu.

Kesampingkan dahulu ancaman sanksi CAATSA karena mantan Menhan AS Jim Mattis pernah berikrar Indonesia tak boleh dijatuhi sanksi ini.

Bisa jadi Su-35 lambat datang karena Rusia masih kurang puas dengan skema imbal dagang.

Baca Juga: Vladimir Putin Sebut Rusia Perlu Bekerja Sama dengan Taliban

Rusia pernah meminta imbal dagang dengan komoditas karet semua namun ditolak oleh Indonesia.

"Semula mereka harapkan karet saja, tapi kami minta tidak itu saja," ucap mantan Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita seperti dikutip dari Antara pada 2017 lalu.

Indonesia meminta Rusia untuk memilih imbal dagang lainnya juga seperti teh, kopi, almunium dan lainnya.

"Kami menyampaikan pada Rostec (perusahaan Rusia yang ditunjuk untuk mengurus teknis imbal beli), komoditi dan produk yang diekspor punya nilai tambah. Kami sama dengan Rusia, Anda jual pesawat ada added value. Kami juga jual sesuatu yang ada added value," jelas Enggar.

Misalkan Indonesia tak memakai skema imbal dagang maka sangat besar kemungkinan Su-35 segera datang ke Jakarta.*** (Beryl Santoso/Zona Jakarta)

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler