Faktor Penyebab Stunting, Banyak Konsumsi Gula Sebabkan Stunting Tidak Benar

14 Januari 2024, 15:00 WIB
aktor Penyebab Stunting, Banyak Konsumsi Gula Sebabkan Stunting Tidak Benar /Pexels/August-de-richelieu

RINGTIMES BANYUWANGI- Stunting berkaitan dengan persoalan asupan gizi. Sejauh ini belum ada yang menunjukkan konsumsi gula menjadi penyebab stunting.

Ketua Tim Kerja Standar Kecukupan Gizi, Mahmud Fauzi, mengatakan, beberapa waktu lalu terdapat kasus stunting yang dicurigai karena pemberian Susu Kental Manis (SKM) dan makanan tinggi gula.

Menurutnya, hal pertama yang harus dicermati adalah apakah anak sudah mengonsumsi aneka ragam makanan bergizi.

Baca Juga: Lowongan Kerja Terbaru Kementrian ATR/BPN, Cek Persyaratan Dan Posisi Yang Dibutuhkan

"Pada dasarnya masalah kekurangan nutrisi, seperti stunting, sangat dipengaruhi karena kurangnya konsumsi makanan yang bergizi, terutama protein hewani dan adanya masalah infeksi yang dialami anak," kata dia dalam keterangan tertulis pada Minggu, 14 Januari 2024.

Ia mengatakan, terkait makanan minuman yang tinggi gula, untuk anak di bawah umur 2 tahun, maka asupan gula dalam bentuk gula tambahan dibatasi kurang dari 5 persen total kalori, yaitu 50-60 kalori.

"Jadi kurang tepat kalau konsumsi gula yang tinggi dikatakan penyebab stunting," tuturnya.

Baca Juga: Memasuki Bulan Rajab Serta Mendekati Ramadhan, Berikut 6 Tips Berpuasa Untuk Ibu Menyusui

Ia menambahkan, penyebab stunting sangatlah multifaktor, mulai dari ada tidaknya masalah gizi sejak remaja putri, asupan gizi yang tidak optimal saat ibu hamil, pemberian makan pada bayi yang tidak adekuat, ada tidaknya infeksi yang dialami anak, pola asuh, hingga sosial ekonomi keluarga.

Akan tetapi, jika dilihat dari prevalensi kelompok usia 6-23 bulan, salah satu faktor penyebab langsung terjadinya stunting, menurut Fauzi, adalah pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang kurang bergizi serta minim protein hewani.

“Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu akan kesehatan dan gizi anak, ditambah faktor lingkungan setempat yang kurang mendukung,” kata Fauzi.

Baca Juga: 5 Arti Mimpi Tentang Menangis, Simak Penjelasanya Disini

Direktur Ketahanan Remaja BKKBN, Edi Setiawan mengatakan hal serupa.

Menurutnya, sampai saat ini belum ada yang menyebutkan gula menjadi penyebab stunting. “Sejauh asupan gizi tercukupi tidak masalah.

Dampak konsumsi gula berlebih adalah obesitas pada bayi dua tahun dan bayi lima tahun,“ katanya. Edi menambahkan, konsumsi makanan manis merupakan bagian dari pola asuh.

Baca Juga: Arti Mimpi Tentang Awan, Begini Berdasarkan Primbon

Jika dibiasakan dengan makanan sehat, maka akan lebih terjaga pola gizinya. “Inilah mengapa pola asuh, termasuk pemberian makanan yang akan menentukan apakah anak stunting atau tidak," tuturnya.

Pentingnya protein Dokter spesialis anak, Lucia Nauli Simbolon, mengatakan, asupan protein hewani dalam makanan anak penting untuk mencegah stunting.

Namun masyarakat masih banyak yang belum berani memberikan makanan pertama protein hewani.

Baca Juga: Memasuki Bulan Rajab Serta Mendekati Ramadhan, Berikut 6 Tips Berpuasa Untuk Ibu Menyusui

“Orangtua ketika anak mulai MPASI selalu bertanya apakah makanan pertama tidak kuah dulu atau sayur dulu? Mereka meyakini makanan pertama anak adalah buah atau sayur daripada protein hewani,” katanya. Jumlanya Rp330 Triliun Padahal, anak membutuhkan nutrisi makro dan mikro. Makro dari karbohidrat, lemak dan protein. “Untuk karbohidrat, orang Indonesia suka nasi dan makanan yang manis. Padahal karbohidrat bisa juga diganti dengan ubi ungu atau kentang,“ katanya.

Untuk protein hewani bisa berasal dari ikan karena memiliki kadar DHA tinggi yang penting untuk otak.

Tapi untuk pembentukan otot, Lucia menyebutkan, daging merah dan ayam sebagai sumbernya. Sementara sumber lemak juga bukan hanya dari butter atau keju, tapi juga bisa santan.

Baca Juga: Weekend Telah Tiba, 3 Rekomendasi Destinasi Wisata Banyuwangi Yang Wajib Kamu Kunjungi Bareng Keluarga

Menurut Lucia, penting bagi orangtua untuk mengoptimalkan asupan protein hewani pada makan anak, dimana 20 persen adalah protein hewani dan 30 persen lemak juga wajib berasal dari hewani.

“Hitung prosi anak sekitar 20-25 gram protein hewani. Awal-awal ditimbang agar tahu misalnya berapa banyak ikan Lele yang harus diberikan untuk mendapatkan 25 gram protein hewani. Protein nabati itu bonus saja," katanya.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, angka stunting mencapai 21,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa satu dari lima anak Indonesia mengalami stunting.

Baca Juga: Teknologi Semakin Canggih, Kenalan Dengan Perangkat Pelacak Kebugaran

Kondisi ini masih jauh dari target pemerintah yang akan menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024.

Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan tinggi badan anak yang tidak sesuai menurut umurnya.

Hal ini menjadi pertanda bahwa anak mengalami gangguan pertumbuhan yang diakibatkan kekurangan gizi kronis atau infeksi berulang.

Baca Juga: 5 Arti Mimpi Tentang Kuda, Simak Penjelasanya

Stunting bisa terjadi sejak bayi baru lahir hingga dalam rentang usia 24 bulan.

Kementerian kesehatan menyebutkan kelompok usia paling tinggi mengalami kenaikan prevalensi stunting adalah sejak bayi usia 6 bulan hingga berusia 23 bulan.

Pada bayi baru lahir prevalensinya 18,5 persen.

Baca Juga: 5 Kesalahan yang Sering Diabaikan Oleh Pria Saat Merawat Kulit, Cek Penjelasanya

Sementara pada bayi usia 6-11 bulan prevalensinya 13,7 persen dan bayi usia 12-23 bulan mencapai 22,4 persen.

Artinya pada kelompok usia 6-11 bulan dan 12-23 bulan terjadi prevalensi stunting meningkat hingga 1,6 kali.***

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler