Minyak Turun ke Level Terendah karena Resesi, Kekhawatiran Akan Dampak COVID-19

- 7 Juli 2022, 17:40 WIB
Tangki penyimpanan minyak mentah terlihat dari atas di pusat minyak Cushing, di Cushing, Oklahoma, 24 Maret 2016.
Tangki penyimpanan minyak mentah terlihat dari atas di pusat minyak Cushing, di Cushing, Oklahoma, 24 Maret 2016. /

Harga minyak juga tergerus oleh melonjaknya dolar AS, yang naik ke level tertinggi hampir 20 tahun terhadap sekeranjang mata uang lainnya.

Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat mengekang permintaan.

Di China, importir minyak terbesar dunia, pasar khawatir bahwa penguncian Coronavirus baru dapat memangkas permintaan.

Impor minyak mentah China dari Rusia, sementara itu, melonjak 55% dari tahun sebelumnya ke level rekor di bulan Mei. Rusia menggantikan Middle Easterner Saudi sebagai pemasok utama karena penyulingan menguangkan pasokan yang didiskon di tengah sanksi terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Baca Juga: Tak Dapat Menutupi Hutang Uang Kripto Yuna, Keluarga Korea Selatan Diduga Bunuh Diri

Menambah tekanan ke bawah pada harga minyak, Equinor ASA (EQNR.OL) mengatakan semua ladang minyak dan gas yang terkena dampak pemogokan di sektor perminyakan Norwegia diperkirakan akan kembali beroperasi penuh dalam beberapa hari.

Iran mengatakan pihaknya mencari perjanjian nuklir yang kuat dan langgeng dengan kekuatan dunia menyusul pembicaraan dengan sekutu AS, Qatar, tentang meredakan upaya yang terhenti untuk menghidupkan kembali pakta nuklir 2015.

Analis mengatakan kesepakatan nuklir dengan Iran dapat menambah sekitar 1 juta barel per hari (bph) minyak mentah ke pasokan dunia.

Perdagangan bergejolak pada hari Rabu. Kedua benchmark naik lebih dari $2 per barel pada hari sebelumnya karena kekhawatiran pasokan. 

Baca Juga: Usai Selesai Berkunjung ke Ukraina, Presiden Jokowi Akan Temui Putin di Kremlin

Halaman:

Editor: Al Iklas Kurnia Salam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x