Memahami Level Energi Sekolah dari Riset 20 Tahun Peneliti Barat

- 29 Agustus 2021, 19:58 WIB
Ada beberapa level energi yang ada di sekolah? Bagaimana dengan sekolah bapak ibu guru sekalian? Simak selengkapnya.
Ada beberapa level energi yang ada di sekolah? Bagaimana dengan sekolah bapak ibu guru sekalian? Simak selengkapnya. /ANTARA Foto/Harviyan Perdana Putra

RINGTIMES BANYUWANGI - Sekolah sebagai sebuah organisasi, ia layaknya mahluk hidup yang juga terus bertumbuh.

Sementara disisi lain, ada masyarakat pengguna layanannya yang juga mengalami pertumbuhan kebutuhan.

Jika kecepatan pertumbuhan kebutuhan masyarakat mendahului pertumbuhan kemampuan sekolah untuk menyediakan solusi atasnya, maka ini akan menjadi berita buruk bagi sekolah yang bersangkutan.

Kenapa? Karena, masyarakat akan mencari solusi atas kebutuhannya, di sekolah lainnya. Artinya, ‘keterpilihan’ sekolah ini, akan menurun dengan sendirinya.

Baca Juga: 3 Cara Terbaik Membangun Sekolah, Salah Satunya School Branding

Fokus pada kata ‘bertumbuh’. Dikutip dari penelitian David R. Hawkin, MD. Phd. tentang Force and Power.  Penulis melihat ada relevansi antara apa yang ditemukan dengan unsur penunjang pertumbuhan sebuah organisasi. Emosi (baca : rasa) yang ia teliti dan disajian dalam sebuah tabel.

Emosi yang terdeskripsikan pada penelitian David R. Hawkin, MD. Phd. tersebut memberikan dampak yang sangat signifikan dalam pertumbuhan sebuah sekolah, sebagai sebuah organisasi yang memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat.

Tenaga pendidik dan kependidikan di dalam sekolah, memiliki emosi yang selalu dibawa disetiap sesi apapun saat melakukan layanannya.

Guru yang mendidik siswa di ruangan kelas, tenaga tata usaha saat melayani kebutuhan administrasi, bendahara saat menerima pembayaran pembiayaan dan kepala sekolah ketika memberikan penjelasan program kepada walimurid, serta semua aktifitas layanan lainnya di sekolah.

Baca Juga: Ilmu Branding untuk Sekolah Antara Perusahaan dan Lembaga Pendidikan, Apakah Ada?

Adalah keniscayaan, emosi terlibat didalamnya. Kita buat simulasinya, di tabel disebutkan bahwa level emosi CINTA, memiliki getaran energy 500, dengan keterangan, siapapun yang menggunakannya, di dalam dirinya muncul rasa hormat yang mendalam atas apapun yang ada didepannya, sementara siapapun yang melihat pribadi yang ‘memainkan’ energy ini, akan mampu melihat sesuatu yang berharga yang sebelumnya tersembunyi.

Fenomena anak nakal yang mungkin juga bebal menerima pelajaran, saat didekati dengan level energy CINTA, akan menjadi sangat indah.

Ada semacam dialog halus dalam diri pendidik bersama Tuhannya, seolah mendengar kalimat halus, “Tuhan, mengirimkan anak ini agar aku makin bersabar, ia mengajarkan ilmu sabar dan Ikhlas. Anak ini, datang dihadapanku karena KehendakNya, karena ia diutus dengan ketetapanNya, maka tiada boleh aku marah kepadanya. Tuhan, terima kasih atas semua ketetapan indahMu”.

Dialog-dialog halus seperti ini akan sering muncul disemua ruang layanan sekolah. Tentunya tidak selalu dalam konteks negatif saja, pun juga dalam suasana positif.

Nikmat siswa-siswi di sekolah mendapat prestasi tak membuat jumawa apalagi bersombong, karena sadar dengan sesadar-sadarnya, semua ada atas karunia Tuhannya.

Sebaliknya, dinamika belum terwujudnya target-target prestasi disikapi dengan hati yang luas, dengan kesadaran penuh bahwa CINTA menjadi ruh dari semua ketetapanNya.

Kembali ke table force dan power, David R. Hawkin membaginya menjadi dua, bagian bawah dinamai sebagai Force dan bagian atas sebagai Power.

Force, dikenali sebagai emosi negative dan Power segabai getaran emosi positif. Emosi kita fahami sebagai E-motion, Energy in MOTION. Atau dalam bahasa Indonesia energi yang bergerak.

Dilevel kecil, energi ini dipancarkan oleh semua warga sekolah, yang dibagian intinya ada tenaga pendidik (guru) dan kependidikan (Karyawan) serta tentunya semua stakeholder, baik yayasan dan juga komite.

Abai dalam mengamati level energi akan berdampak di pertumbuhan organisasi sekolah. Energi yang dipancarkan sekolah adalah resultante (penjumlahan) dari semua energi manusia didalamnya, seperti yang disampaikan di kalimat pertama paragraf ini.

Di level energi yang manakah Sekolah Ibu Bapak? Tulisan ini insyaAllah terus berlanjut, dengan bahagia penulis bisa berinteraksi dengan kalian semua, kapan bisa diskusi? Lanjut WA Penulis di 085236662268 ya.***

Mas Rofi,
CEO SmartGen Indonesia
Praktisi School Branding
Certified ESQ 3.0 Coach

Editor: Shofia Munawaroh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah