Kiai Profesor

- 4 Maret 2020, 13:05 WIB
Disway
Disway /disway.id/

Tapi Kiai Asep belum puas dengan semua itu. Ia akan terus mengembangkan pendidikan. Sampai terbayar ”dendam” nya waktu kecil.

Waktu itu awal Orde Baru. Sepanjang jalan di Jatim --arah Pandaan-- banyak berdiri pabrik baru. Mayoritas milik asing.

Ia pun berpikir siapa yang akan bekerja di situ. Pasti hanya yang berpendidikan dan yang pintar. Tidak mungkin pribumi Islam bisa bekerja di situ.

Maka Asep muda menetapkan arah hidupnya: meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Lewat pendidikan.

Itu tidak mudah. Ayahnya meninggal saat Asep masih kelas 2 SMPN 1 Sidoarjo. Tidak ada lagi kiriman bekal hidup. 

Apalagi ia anak bungsu dari 21 bersaudara.

Baca Juga: Selain Sarang Lebah, Yahyo Singgung Pergantian Kadus dan Pilkades Gintangan

Kisah Asep di SMP ini dituturkan dengan sangat baik oleh . Gatot Sujono --teman satu kelasnya.

Di forum penganugerahan itu Gatot --juga saya-- diminta memberikan testimoni. Tugas itu ia laksanakan dengan amat menarik dan lucu.

Saat sekolah di SMP dulu Asep tinggal di pondok pesantren Al Khoziny --yang didirikan oleh KH Abbas Khozin. 

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: Disway.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x