Network
Oleh: Moh. Husen*
Dalam catatannya kali ini, si penikmat kopi hitam basa-basi terlebih dahulu: "Bagaimana kabar puasa Anda? Lancar bukan? Puasanya orang kaya sih gampang. Tak perlu susah dan bingung menyiapkan menu buka puasa, menu makan selanjutnya, hingga menu sahur. Sedangkan yang miskin, penuh kemuliaan dalam berpuasa sekaligus penuh perjuangan yang luar biasa untuk menu buka hingga sahur. Bahkan terkadang bertarung dengan kepanikan apakah bisa buka puasa atau tidak."
"Maka," lanjutnya, "betapa mulianya orang-orang kaya yang mau bersedekah untuk takjil para fakir miskin yang sedang berpuasa. Bagi-bagi sembako kepada mereka. Jangan dianggap ringan sedekah mereka itu. Padahal mestinya mereka membeli 10 mobil dan rumah mewah saja, tanpa pusing-pusing bersedekah."
"Juga menurut saya," dia meneruskan, "tak perlu ditelusuri lebih lanjut apakah sedekah orang-orang kaya tersebut hasil dari paksaan, ditelfon temannya sehingga malu lantas mau bersedekah, serta tak perlu iri wal cemburu jika kemudian oleh masyarakat luas dia dikenal sebagai pribadi yang dermawan. Padahal kalau tak dipaksa dan tak dipermalukan via telfon, ya tak mau nyumbang."
Baca Juga: Alami Flu Perut atau Muntaber?, Simak 5 Jenis Makanan dan Minuman
Sampai disini, catatan si penikmat kopi hitam ini saya stop. Sebagai penulisnya, saya punya "kekuasaan" untuk menghentikannya. Atau lebih tepatnya untuk mengendalikannya seperti puasa: meskipun ada makanan yang halal atau boleh di makan, tapi jangan dimakan demi pengendalian keinginan atau nafsu kita yang dibimbing melalui metode puasa.
Selama sebelas bulan kita bebas mau makan apa saja, tapi satu bulan ini kita diwajibkan: stop makan sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Ah, tulisan ini akan seperti bercermah saja kalau saya teruskan. Saya tahu kalau soal ceramah kita tak pernah kekurangan stok. Ceramah sudah tak terhitung jumlahnya menghampiri kita semua.
Mending saya stop. Saya mau guyon saja.
Baca Juga: Seorang Wanita Berbelanja Dengan Uang Palsu Diamankan Polsek Tebet
