Mengungkap Mitos, Tradisi dan Kepercayaan Malam Jumat Legi serta Pengaruh Agama

- 1 Oktober 2020, 17:50 WIB
Ilustrasi Malam Jumat.
Ilustrasi Malam Jumat. /net/

RINGTIMES BANYUWANGI – Tradisi merupakan suatu hal terkait dengan kebiasaan tertentu yang dilakukan secara terus-menerus.

Sedangkan kepercayaan adalah suatu hal yang dipercaya dan memiliki pengaruh.

Maka, tradisi dan kepercayaan merupakan dua hal yang dilakukan secara beriringan oleh kelompok masyarakat tertentu.

Budaya dan tradisi yang saat ini telah berkembang merupakan turunan dari nenek moyang.

Tradisi yang terus berkembang terkadang juga berpengaruh terhadap kepercayaan dan agama tertentu. Seperti halnya dengan malam Jumat Legi.

Baca Juga: Tak Kalah dengan Aglaonema, Berikut 5 Jenis Tanaman Calathea yang Paling Banyak Diburu

Malam Jumat Legi menurut sebagian orang adalah malam yang istimewa dan sakral. Terlebih bagi masyarakat Jawa dan sekitarnya.

Beragam tradisi dan ritual pada malam Jumat Legi tetap dipercayai dan masih berlangsung hingga saat ini.

Dilansir oleh ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber, berikut adalah fakta, mitos, tradisi, dan kepercayaan seseorang terhadap malam Jumat Legi serta pengaruh agama.

Baca Juga: Amien Rais Dirikan Partai Baru, Sebut Tujuan Ingin Melawan Kezaliman

Masyarakat Jawa memang selalu identik dengan hal-hal yang sakral dan masih berkaitan erat dengan tradisi dan budaya nenek moyang.

Salah satu bentuk kesakralan bagi masyarakat Jawa adalah saat memaknai hari.

Malam Jumat Legi merupakan satu diantara sekian banyak hari yang dianggap sakral karena diyakini keistimewaannya sekaligus penuh misteri.

Baca Juga: 2 Waktu yang Paling Tepat untuk Berdoa di Hari Jumat, Dijamin Mustajab

Biasanya, masyarakat menggunakan waktu Jumat Legi untuk berziarah ke makam keluarga atau makam-makam yang dianggap keramat karena keistimewaannya.

Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa memahami Jumat Legi yang berakaitan dengan makam atau roh yang menghuni sebuah makam.

Baca Juga: 3 Jenis Hama dan Penyakit yang Sering Menyerang Aglaonema, Berikut Penanggulangannya

Sebenarnya, tradisi ini tidak hanya dipengaruhi oleh budaya dari masyarakat Jawa saja. Akan tetapi juga dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap ajaran agama.

Salah satu hal yang melatarbelakangi mitos atau fakta dibalik tradisi adalah kepercayaan masyarakat Jawa terhadap hari Jumat sebagai pelambang air.

Bagi masyarakat Jawa, air dimaknai sebagai zat penyangga kehidupan.

Baca Juga: Sambut Hari Jumat yang Mulia dengan Mandi Junub

Sedangkan Legi diartikan sebagai simbol arah mata angin timur atau menjadi simbol udara.

Masyarakat meyakini pula bahwa udara merupakan unsur kehidupan yang paling pokok.

Udara menjadi sebab bagi adanya kehidupan karena tanpa udara manusia tidak bisa bernafas. Tanpa bernafas, manusia akan kehilangan nyawa.

Baca Juga: Berikut 2 Kelompok yang Diprioritaskan Dapat Vaksin Covid-19 Menurut Menkes Terawan

Jumat Legi membawa pemahaman dalam kesadaran masyarakat bahwa hari ini mengingatkan manusia akan asal-usulnya.

Hari jumat sebagai lambang penyangga kehidupan dan Legi sebagai lambang arah timur menggiring pemahaman masyarakat kepada simpulan bahwa Jumat Legi merupakan waktu awal permulaan manusia.

Hal ini diibaratkan dengan terbitnya matahari dari arah timur.

Baca Juga: Berikut 7 Golongan yang Akan Dapatkan Penurunan Tarif Listrik dari PLN

Keyakinan masyarakat terhadap sakralitas Jumat Legi adalah bentuk dan wujud dari ajaran moral yang berkeTuhanan.

Keyakinan ini juga mengajarkan untuk menjadi pribadi yang baik, kiat-kiat mengingat Tuhan sebagai sumber kehidupan.

Selain itu, kita harus mengingat kematian karena ini juga wujud keagungan Tuhan sebagai muara kehidupan.

Baca Juga: 3 Jenis Sikap Sombong yang Diperbolehkan dan Manfaatnya Menurut Islam

Selanjutnya, menyinggung ajaran agama dan kepercayaan agama Islam yang turut mendorong pemaknaan sakralitas nyekar pada hari Jumat, meski tidak secara khusus merujuk Jumat Legi.

Ajaran Islam menyebut bahwa hari Jumat merupakan hari agung, yakni hari yang paling baik.

Waktu di mana pahala seseorang dilipat-gandakan ketika ia beramal.

Baca Juga: Cek Fakta, Penderita Asam Urat Dilarang Makan Emping

Hal ini menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi bahwa nyekar akan bernilai lebih ketika dilakukan pada hari Jumat.

Selain itu, hari Jumat juga juga diyakini oleh kalangan muslim Jawa sebagai waktu kembalinya arwah leluhur untuk menjenguk keluarga mereka yang masih hidup.

Bukan hanya itu, arwah itu mengharap doa dari mereka yang masih hidup.

Baca Juga: Hukum Foto Menurut Islam Tak Sama dengan Menggambar, Simak Penjelasannya

Itulah seputar mitos, fakta, tradisi, dan kepercayaan yang juga terpengaruh oleh agama.

Selanjutnya, percaya atau tidak semua kembali pada diri masing-masing.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah