Meniru Sosok Rempeg Jogopati, Pemimpin Pembebasan Rakyat Blambangan

6 Agustus 2020, 08:30 WIB
/

RINGTIMES BANYUWANGI - Pangeran Jagapati atau Mas Rempeg, merupakan pemimpin perang Bayu, atau dikenal juga dengan pemberontakan Jagapati saat VOC menduduki Blambangan

Mas Rempeg adalah putra dari Mas Bagus Dalem Wiraguna atau Mas Bagus Puri dan istri selirnya yang berasal dari Pakis.

Silsilahnya merujuk langsung ke Raja Blambangan yang termasyhur yakni Prabu Susuhunan Tawangalun yang merupakan kakek dari Mas Bagus Puri (Babad Tawangalun).

Baca Juga: Fakta Menarik di Balik Kuasa Negara Amerika Serikat

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber, saat Pemberontakan yang dilakukan oleh Wong Agung Wilis melawan VOC pecah pada tahun 1768, Mas Rempeg berperan sebagai mantri muka (bawahan langsung) Wong Agung Wilis.

Mas Rempeg terlibat langsung di beberapa pertempuran baik di Banyualit, Ulupangpang dan di Kutha Lateng.

Saat Pasukan Wong Agung Wilis kalah di tiga pertempuran tersebut dan Wong Agung Wilis akhirnya ditangkap dan diasingkan, Mas Rempeg terus melanjutkan perjuangannya hingga pecahnya Perang Bayu.

Baca Juga: Penyebab Ratusan Unta di Kenya Mati Disimpulkan Karena Corona

Salah satu penyebab pecahnya perang Bayu adalah kebijakan VOC yang semakin menyengsarakan masyarakat pribumi, mereka lalu mengungsi ke Bayu untuk mencari tempat berlindung.

 Mas Rempeg bersama lurah Kutha Lateng, lalu mengatur strategi untuk menggempur pasukan VOC dengan kekuatan pusat di Bayu.

Langkah mas Rempeg untuk menggempur VOC didukung oleh para lurah dari 62 desa yang terdiri dari 25 desa di bagian barat, 14 desa di wilayah selatan, 9 desa di wilayah timur dan 2 desa di sebelah utara. Kemudian menyusul dukungan dari 12 bekel lainnya.

Baca Juga: Tanpa Rasa Takut, Warga Ini Lempar Tepung untuk Usir Puting Beliung

Para pengikutnya lalu memberi gelar Pangeran Jagapati kepada Mas Rempeg.

Perang Bayu kemudian mulai pecah ketika Temenggung Jaksanegara dan Kertawijaya (Patih Surabaya) dengan sejumlah pasukan datang ke Bayu dengan maksud memecah kekuatan yang dipimpin Pangeran Jagapati.

Yang terjadi malah sebaliknya, pasukan Jaksanegara dan Kertajaya malah membelot ke pasukan Pangeran Jagapati dan menyerang kubu Jaksanegara dan Kertawijaya.

Baca Juga: LOKER BANYUWANGI 2020: Dibutuhkan Karyawan di J&T Expres Jember

Akibat pembelotan ini Mantri Semedirono yang merupakan pengawal Kertawijaya meninggal tertembak di kepala.

Pada 5 Desember 1771, sejumlah pasukan VOC mulai bergerak ke Bayu. Mereka menyerang Gambiran yang menjadi salah satu basis lumbung pangan bagi pejuang di Bayu.

Namun di Gambiran, mereka dihadang oleh para pejuang dan mundur ke Tomogoro dan mendirikan kubu pertahanan disana.

Baca Juga: Banjir Susulan Sungai Masamba Kembali Meluap, Warga Panik Berlarian

Pangeran Jagapati lalu terlibat dengan beberapa pertempuran yang dapat dimenangkan lainnya, seperti pada 22 September 1771 saat Residen Cornelis van Bieshuevel mengirim beberapa pasukan yang akhirnya dapat dipukul mundur.

Pada 13 September hingga 18 Desember 1771 pasukan VOC yang terdiri dari pasukan Eropa dan laskar pribumi dapat dihancurkan di Songgon, meskipun sebelumnya mereka telah menghancurkan lumbung beras di Banjar dan mendirikan blokade pantai di Grajagan.

Pada saat pertempuran puncak pada 18 Desember 1771. Pangeran Jagapati berduel dengan pemimpin Laskar Sumenep, Tumenggung Alap-alap hingga Senopati Alapalap tewas.

Baca Juga: Jangan Sepelekan, 8 Gejala Sakit Kepala Ini Tanda Anda Miliki Penyakit Serius

Mas Rempeg terluka parah namun masih dapat mengatur siasat pertempuran keesokan harinya yang mengakibatkan Sersan Mayor Van Schaar dan Letnan Cornet Tinne tewas.

Sebanyak 82 prajurit Infanteri, 30 prajurit Dragonders, 11 prajurit arteleri, 2.000 orang prajurit pribumi juga tewas dalan pertempuran itu.

Dengan luka parah akibat berduel dengan Tumenggung Alap-alap, Mas Rempeg akhirnya tewas dan kemudian dimakamkan di Songgon sebagai tempat peristirahatan terakhir baginya.***

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler