Sejarah Depati Amir, Pemberontak Belanda di Tanah Bangka

7 Agustus 2020, 07:30 WIB
PRESIDEN Joko Widodo menganugerahi gelar pahlawan kepada enam tokoh yang diterima ahli warisnya di Istana Negara, Kamis, 8 November 2018. Keenam tokoh itu yakni Abdurrahman Baswedan, Agung Hajjah Andi Depu, Depati Amir, Mr. Kasman Singodimedjo, Ir. H. Pangeran Mohammad Noor, dan Brigjen K.H. Syam'un.*/DOK PR /

RINGTIMES BANYUWANGI - Depati Amir merupakan salah satu pahlawan Nasional dari Bangka, ia lahir di Mendara, Bangka pada tahun 1869. Depati Amir merupakan sosok yang begitu gigih menentang Belanda di pulau Bangka.

Berdasarkan sejumlah literatur, Putra dari Depati Bahrin itu memimpin pertempuran melawan Belanda pada tahun 1849-1851.

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari berbagai sumber, perjuangan Depati Amir bermula dari urusan keluarganya dengan Belanda.

Baca Juga: Pria Nekat Gantung Diri Akibat Takut Dipenjara karena Kalah Judi

Saat itu, Belanda mulai membuat parit-parit tambang timah di Pulau Bangka dan berkonsi dengan Depati Bahrin untuk mengeruk timah di tanah miliknya.

Namun, Belanda tidak memenuhi kewajibannya untuk membayarkan hasil tambangnya. Hal itu menyulut Depati Amir mengajukan tuntutan kepada perusahan Belanda tersebut dan mendapat dukungan dari masyarakat Bangka.

Sejumlah demang (pemimpin lokal) dan batin (penghulu adat) juga menjadi sekutu Amir. Demang Suramenggala dan terentang memberinya pasokan senjata berupa lembing dan keris untuk mempersenjatai pasukannya.

Baca Juga: Seekor Kucing ‘Selundupkan’ Narkoba Untuk Tahanan, Berhasil Lolos dari Pengawasan Aparat

Urusan tempur, Amir dibantu oleh para panglima seperti Budjang Singkip, Kai Sam, Bangul, Tata, Darip, dan Dahan. Mereka secara tegas melawan pemimpin lokal yang memihak pada Belanda.

Pasukan Amir pada 19 Desember 1848 berhasil menangkap putra Batin Mendo Timur di kampung Lukok. Kampung Lukok ikut dibakar.

Perlawanan Amir lantas meluas ke berbagai wilayah di sepanjang pantai timur Bangka: Terentang, Ampang, Toboali, Jebus, Sungailiat.

Baca Juga: Akibat Cekcok, Seorang Warga Ditembak Oleh Oknum Danramil Dibagian Leher

Amir dan pasukannya terus bertahan dari buruan dengan menggalakkan pertempuran kecil satu demi satu.

Pemberontakan Depati Amir menjadi isu yang serius di Hindia-Belanda. Menghadapi perlawanan Depati Amir dan pasukannya, Belanda kewalahan sampai harus mendatangkan pasukan tambahan dari Palembang dan Batavia.

Perlawanan Depati Amir berakhir setelah Belanda mengirim mata-mata untuk menjebaknya, Belanda juga menyuap uang sebesar 1000 dollar Spanyol kepada 7 orang panglima dan 36 pasukannya.

Mereka terpaksa menyerah lantaran kekurangan logistik dan kelelahan fisik dalam menjalankan perang gerilya. Pada 7 Januari 1851, Amir berhasil ditangkap dalam kondisi sakit di distrik Sungaiselan.

Baca Juga: Bertemu Muwado, Youtuber Somalia yang Pandai Menghibur Dunia

Depati Amir kemudian diasingkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sebagian pengikut setia Amir juga di asingkan di Ambon, Banda, dan Ternate.

Selama di pengasingan, dia tetap berjuang sebagai penasihat perang bagi raja-raja Timor yang juga sedang berjuang melawan penguasaan kolonial.

Perjuangan Depati Amir berakhir pada ketika ia dinyatakan wafat pada 28 September 1869 dan dimakamkan di Pemakaman Muslim Batukadera, Kupang.

Atas jasa-jasanya, Depati Amir dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia yang tertera dalam Keputusan Presiden (Keppres) nomor 123/TK/ Tahun 2018.

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler