Setelah menyelesaikan pendidikannya di Kweekschool atau sekolah guru negara, yang berada di Bukittinggi, ia melanjutkan pendidikannya di Kweekschool di Harleem, Belanda pada tahun 1913.
Saat itu usia dari Tan Malaka masih 16 tahun.
Baca Juga: Sejarah Bung Karno Menangis Saat Menandatangani Surat Eksekusi untuk Sahabatnya
Kesadaran akan kekhawatiran Tan Malaka terhadap adanya penjajahan, penindasan, dan ketidakadilan yang terjadi di negaranya, membuatnya berpikir tentang bagaimana cara untuk melawan kolonialisme.
Akhirnya melalui buku-buku yang ditulis oleh Karl Mark, Fried Rich, dan Vladimir Lenin, Tan Malaka mulai tertarik dengan pemikiran sosialisme-komunisme.
Bukan tanpa alasan, dengan adanya sosialisme-komunisme inilah, Tan Malaka berharap kelak akan membebaskan kolonialisme Belanda terhadap kaum pribumi melalui dunia pendidikan.
Karena menurutnya, sosialisme-komunisme adalah alat perjuangan yang bisa melawan penindasan.
Baca Juga: Diprediksi Sebagai Calon Pengganti Shinzo Abe, Berikut Biografi Shigeru Ishiba
Seiring berjalannya waktu, Tan Malaka bertemu dengan Hank Sneevliet pendiri ISDV, yakni organisasi yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Karena pertemuannya dengan Hank Sneevliet, Tan Malaka bergabung dengan SDOV atau Asosiasi Demokratik Sosial Guru.