Mengenal Pesantren Sidogiri, Salah Satu yang Tertua di Indonesia

- 25 Juli 2020, 11:30 WIB
Tampakan Pesantren Sidogiri
Tampakan Pesantren Sidogiri /

Kemudian, sekitar awal abad ke-19 M, kepengasuhan beralih kepada KH. Abu Dzarrin (menurut satu versi), santri asal Magelang yang mempunyai hubungan darah dengan Sayid Sulaiman. Terkenal alim ilmu nahwu-sharraf dan memiliki banyak karangan karya, di antaranya yang sempat terbukukan adalah kitab “Sorrof Sono”.

Pada pertengahan abad ke-19 M, KH. Noerhasan bin Noerkhotim menjadi pengasuh. Santri asal Bangkalan itu adalah keturunan Sayid Sulaiman dari jalur Kiai Noerkhotim bin Kiai Asror bin Abdullah bin Sulaiman. Diambil mantu oleh Kiai Mahalli. Beliau pernah berguru kepada Sayid Abu Bakar Syatha, pengarang I’ânatuth-Thâlibîn.

Mulai merintis pengajian kitab-kitab besar seperti Ihya’ Ulumuddin, Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim. Merintis kegiatan pembacaan shawalat ba’da maghrib dan peletak pertama pambangunan Surau Daerah H.

Baca Juga: Sering Merasakan Nyeri Sendi?, Berikut ini Obat Alami untuk Meredakannya

Sekitar pertengahan ke-19 s.d awal abad ke-20 M, KH. Bahar bin Noerhasan melanjutkan estafet kepengasuhan. Bersama adiknya KH. Nawawie, nyantri kepada Syaikhona Kholil di Bangkalan.

Pada awal abad ke-19 Masehi pengasuh dijabat oleh KH. Nawawie bin Noerhasan. Termasuk kiai khos yang dimintai pendapat oleh KH Hasyim Asy’ari sebelum pendirian NU. Menjadi Mustasyar NU hingga akhir hayat.

Awal abad ke-19 pula, KH. Abd. Adzim bin Oerip, menantu tertua KH Nawawie menjadi pangasuh. 

Baca Juga: Ditanya Mengenai Pernikahan Mantan, Lesti : yang Lalu Biarlah Berlalu

Sedangkan awal abad ke-19 hingga tahun 1947 Masehi, KH. Abd. Djalil bin Fadhil, menantu kedua KH Nawawie menjadi pangasuh hingga wafat di tangan penjajah Belanda.

Setelah KH. Abd. Djalil bin Fadhil wafat, tonggak kepemimpinan Pesantren Sidogiri dipegang oleh  KH. Cholil Nawawie. Pada saat itulah, dibentuk suatu wadah permusyawaratan yang diberi nama Pancawarga. Anggotanya adalah lima putra KH. Nawawie bin Noerhasan, yaitu: KH. Noerhasan (w. 1967), KH. Cholil (w. 1978), KH. Siradjul-Millah Waddin (w. 1988), KA. Sa’doellah (w. 1972) dan KH. Hasani (w. 2001).

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah