Perlawanan Amir lantas meluas ke berbagai wilayah di sepanjang pantai timur Bangka: Terentang, Ampang, Toboali, Jebus, Sungailiat.
Baca Juga: Akibat Cekcok, Seorang Warga Ditembak Oleh Oknum Danramil Dibagian Leher
Amir dan pasukannya terus bertahan dari buruan dengan menggalakkan pertempuran kecil satu demi satu.
Pemberontakan Depati Amir menjadi isu yang serius di Hindia-Belanda. Menghadapi perlawanan Depati Amir dan pasukannya, Belanda kewalahan sampai harus mendatangkan pasukan tambahan dari Palembang dan Batavia.
Perlawanan Depati Amir berakhir setelah Belanda mengirim mata-mata untuk menjebaknya, Belanda juga menyuap uang sebesar 1000 dollar Spanyol kepada 7 orang panglima dan 36 pasukannya.
Mereka terpaksa menyerah lantaran kekurangan logistik dan kelelahan fisik dalam menjalankan perang gerilya. Pada 7 Januari 1851, Amir berhasil ditangkap dalam kondisi sakit di distrik Sungaiselan.
Baca Juga: Bertemu Muwado, Youtuber Somalia yang Pandai Menghibur Dunia
Depati Amir kemudian diasingkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sebagian pengikut setia Amir juga di asingkan di Ambon, Banda, dan Ternate.
Selama di pengasingan, dia tetap berjuang sebagai penasihat perang bagi raja-raja Timor yang juga sedang berjuang melawan penguasaan kolonial.
Perjuangan Depati Amir berakhir pada ketika ia dinyatakan wafat pada 28 September 1869 dan dimakamkan di Pemakaman Muslim Batukadera, Kupang.