Tradisi Pernikahan Adat Jawa, Dari Lamaran hingga Resepsi

12 Februari 2021, 16:30 WIB
Tradisi pernikahan adat Jawa /Pixabay/Takmeomeo//

RINGTIMES BANYUWANGI – Menikah merupakan acara sakral yang dilaksanakan sekali dalam seumur hidup. 

Berbicara dengan konsep pernikahan, ada banyak pilihan agar acara pernikahan menjadi sebuah momentum indah. Konsep pernikahan ini biasanya menyesuaikan dengan keinginan pengantin.

Terkadang pengantin ingin mempunyai konsep pernikahan sesuai dengan asal suku atau daerah mereka. Konsep pernikahan ini disebut juga sebagai pernikahan tradisional.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Kado Pernikahan untuk Teman atau Saudara, Nomer 5 Mengejutkan

Setiap daerah pasti memiliki rangkaian upacara sebelum atau dalam pelaksaan acara pernikahan. Tiap-tiap tahapnya pengantin tidak boleh melewati prosesi upacara.

Salah satunya adalah pernikahan adat Jawa. Sebelum menikah terdapat beberapa prosesi upacara adat Jawa yang harus dilalui pengantin.

Untuk kalian yang akan menggunakan adat Jawa wajib tahu apa saja prosesi upacara adat Jawa. Masing-masing prosesi pasti memiliki filosofinya.

Baca Juga: Lirik Lagu Pernikahan Impian Anandito Dwis ft Anisa Rahma

Dilansir oleh Ringtimesbanyuwangi.com melalui youtube PEWE pada 12 Februari 2021, berikut tradisi pernikahan adat Jawa.

Lamaran

Lamaran merupakan prosesi wajib dalam sebuah pernikahan. Disini pihak laki-laki kerumah keluarga pihak perempuan.

Dalam prosesi ini pihak calon mempelai pria menanyakan apakah calon mempelai wanita bersedia untuk membangun rumah tangga bersama pria tersebut.

Dalam prosesi ini calon memepelai pria membawa peningset atau seserahan yang isinya kebutuhan primer atau sekunder yang selalu dipakai oleh mempelai wanita.

Baca Juga: 7 Alasan Mengapa Cinta dan Pernikahan Sangat Penting untuk Kesehatan Mental

Apabila calon mempelai wanita menerima lamaran tersebut, maka mereka akan menentukan tanggal. Biasanya orang Jawa menentukan tanggal tidak sembarangan, ada perhitunganya tersendiri biasanya menggunakan weton atau neptu.

Siraman

Upacara siraman dilakukan sehari sebelum proses ijab kabul. Tujuan dari siraman disini adalah untuk membersihkan jiwa dan raga pengantin dari pengaruh buruk yang menghalangi ijab kabul.

Upacara siraman ini terpisah antara mepelai laki-laki dan perempuan. Upacara siraman ini dilaksankan di rumah masing-masing.

Baca Juga: 10 Fakta Menarik Suku Jawa, Mulai dari Bahasa hingga Budaya

Air untuk siraman ini pun tidak sembarangan. Air harus berasal dari tujuh mata air yang berbeda.

Biasanya yang melakukan upacara siraman adalah pihak mempelai wanita, namun apabila mempelai pria juga ingin melakukan siraman maka pihak pria harus menjemput air tersebut dari rumah mempelai wanita.

Setelah prosesi siraman telah selesai maka rangkaian acara berikutnya dilanjutkan. Air siraman tadi dimasukan kedalam kendi untuk dijadikan air wudhu untuk mempelai wanita.

Baca Juga: 5 Pantangan Menikah Adat Jawa, Berani Dilanggar Demi Cinta

Setelah kendi tersebut kosong, ayah dari mempelai wanita harus menjatuhkan kendi tersebut hingga pecah. Saat menjatuhkan kendi sang ayah harus mengucapkan “Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku (nama anak)”

Ritual tersebut disimbolkan untuk memecahkan pamor anak sebagai wanita dewasa dan memancarlah pesonanya.

Selanjutnya ada potong rikmo yaitu pemotongan rambut mempelai, yang nantinya potongan rambut antara mempelai wanita dan pria dijadikan satu untuk dikubur bersama, dengan tujuan mengubur hal-hal buruk

Baca Juga: 7 Alasan Mengapa Cinta dan Pernikahan Sangat Penting untuk Kesehatan Mental

Yang terakhir adalah bopongan, bopongan adalah salah satu prosesi akhir dari siraman. Di mana sang ayah harus menggendong anaknya menuju kamarnya.

Midodareni

Midodareni merupakan proses sebelum ijab kabul yang dilaksanakan pada malam hari, sesuai dengan namanya midodareni berasal dari kata widodaren yang berari bidadari.

Masyarakat Jawa mepercayai bahwa bidadari dari kayangan akan mengunjungi rumah pengantin wanita

Dalam midodareni terdapat beberapa rangkaian, seperti jonggolan yaitu keluarga mempelai pria datang kerumah mempelai wanita untuk mempererat tali silah turahmi. Namun mempelai pria dan wanita tidak boleh saling bertemu atau melihat.

Selanjutnya adalah tantingan. Tantingan merupakan prosesi pemantapan hati mempelai wanita sebelum menjalani bahtera rumah tangga. Nantinya orang tua menpelai wanita akan menanyakan lagi pada anaknya.

Baca Juga: Mitos Suku Jawa dan Suku Sunda Dilarang Menikah, Begini Asal-usulnya

Penyerahan catur wedha. Catur wedha merupakan nasihat ayah mempelai wanita kepada mempelai pria, yang didalamnya terdapat hangayomi (mengayomi), Hangayani (menyejahterakan), Hangayemi (memberi rasa nyaman), dan Hangnthi (menuntun dan memimpin).

Yang terakhir adalah wilujengan majemukan yaitu silahturahmi antara keluarga laki-laki dan perempuan untuk merelakan anaknya untuk membangun rumah tangganya.

Ijab kabul

Seperti yang telah diketahui, ijab kabul merupakan upacara yang paling sakral. Dalam acara ini mempelai pria mengucapkan janji sehidup sematinya untuk membangun keluarga.

Baca Juga: Kewajiban Laki-laki Terhadap Ibunya Setelah Menikah, Wajib Dipahami

Ijab Kabul meruapakan ‘goals’ dari serangkaian upacara lainya. Di mana mempelai perempuan dan pria resmi menjadi suami istri secara agama, negara dan juga budaya.

Upacara Panggih

Upacara ini mempertemukan pengantin pria dan wanita sebagai sepasang suami istri yang sah. Dalam pengiringan, upacara panggih biasanya menggunakan kembar mayang yang dibawa oleh pager ayu dan pager bagus.

Dalam upacara panggih pun terdapat beberapa rangkaian. Seperti lempar sirih, pengantin melemparkan balangan dari sisi yang bersebrangan. 

Baca Juga: 5 Tanda Wanita Belum Siap Menikah, Seperti Selalu Minta Dimengerti

Selanjutnya adalah Ranupada, yaitu pengantin pria harus menginjak telur ayam. setelah itu pengantin wanita harus membasuh kaki suaminya sebagai bakti seorang istri ke suami. 

Setelah itu dilanjutkan dengan selimut slindur. Dimana ibu dari pengantin wanita menyelimuti pengantin untuk dibawa ke pelaminan oleh ayah pengantin wanita. 

Dilanjutkan dengan kacar kucur. yaitu upacara simbolis bahwa suami harus memberi nafkah kepada istrinya. 

Baca Juga: 4 Alasan Dilakukannya Tradisi Kawin Colong oleh Laki-Laki Suku Osing Banyuwangi

Pada tahapan ini mempelai pria memberikan keba ke pangkuan wanita dan diterima menggunakan kain sidur. 

Selainjutnya, prosesi akan dilanjutkan dengan dulangan dimana pengantin harus menyuapi satu sama lain. 

Nantinya, acara ini akan ditutup oleh mapag besan (penjemputan besan atau keluarga pria) yang selanjutnya dilaksanakan sungkeman kepada kedua orang tua pengantin.***

Editor: Ikfi Rifqi Arumning Tyas

Tags

Terkini

Terpopuler