Seorang Pasien COVID-19 Akhirnya Tewas Akibat Salah Setting Ventilator

- 1 Mei 2020, 16:01 WIB
/

 

RINGTIMES BANYUWANGI - Salah satu pasien virus corona di New York, Amerika Serikat harus meninggal dunia setelah salah satu petugas medis yang tengah magang salah mengatur ventilatornya.

 

Dikabarkan Wall Street Journal, pasien yang berusia 60 tahun itu, dirawat di Rumah Sakit Montefiore di Bronx, New York, Amerika Serikat.

Hampir sebulan ia dirawat di rumah sakit setelah di rujuk dari tempat panti jompo yang merawatnya.

Baca Juga: BACA! Gatal-gatal Hingga Timbul Ruam, 5 Gejala COVID-19 Pada Kulit

Ia harus kehilangan nyawanya setelah salah satu dokter magang salah setting ventilator yang digunakannya dalam tekanan tinggi.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh petugas medis lainnya, yang mengatakan bahwa dokter tersebut berada dalam pelatihan karena baru lulus dari sekolah kedokteran.

 

Dokter tersebut sedang melakukan pelatihan untuk spesialis di bawah pengawasan petugas medis yang lebih senior.

Baca Juga: Beredar Surat Pembongkaran dan Perobohan Masjid di Tengah COVID-19

Seperti kami kutip dari artikel berjudul Dokter Magang Salah Setting Ventilator, Seorang Pasien COVID-19 Akhirnya Tewas

Biasanya, seorang dokter muda tidak akan dibiarkan bekerja di unit perawatan intensif dan menangani pasien yang kritis.

Namun, rumah sakit menjadi kewalahan daengan banyaknya pasien COVID-19, sehingga mendorong mereka melakukan peran yang tidak dipersiapkan.

 

Kronologi yang terjadi pada pasien lanjut usia tersebut adalah, ia mengalah kondisi yang memburuk secara drastis dalam semalam.

Baca Juga: Terdampak Pandemi COVID-19, Harga Durian Songgon Merosot Sepi Pembeli

Sehingga petugas medis yang saat itu tengah bertugas menghubungkannya dengan ventilator dan secara tidak sengaja menaikkan alat dalam tekanan yang terlalu tinggi dan menghentikan jantung dari pasien yang kritis.

 

Ketika seorang dokter senior bergegas masuk ke dalam kamar, dokter yang tengah melakukan pelatihan mengakui bahwa mereka tidak tahu cara bekerja dengan benar untuk pengaturan pada ventilator.

 

Insiden yang tragis itu adalah salah satu dari beberapa kasus lainnya yang banyak dilaporkan.

Baca Juga: Akhirnya Ventilator Buatan NASA Disetujui FDA untuk Pasien COVID-19

Banyak dokter gigi, mata, ahli penyakit kaki dan psikiater yang akhirnya di dorong berada di garda terdepan karena kurangnya tenaga medis yang ada dengan banyaknya kasus yang muncul di New York, Amerika Serikat.

 

Di Rumah Sakit Yale New Heaven di Connecticut, Amerika Serikat, seorang anestesiologi dikirim untuk bekerja sebagai terapis pernapasan.

 

Seharusnya pekerjaan tersebut membutuhkan lisensi yang memerlukan setidaknya waktu selama 2 tahun pelatihan.

Baca Juga: Setelah Viral, Pemdes Sukojati Banyuwangi Janji Bongkar Rumah Marhamah

Dikabarkan bahwa pelatihan satu sesi dilakukan dengan menggunakan Zoom dan beberapa dokumen yang meminta mereka untuk memanggil dokter jika membutuhkan bantuan.

 

Seorang penduduk mengaku bahwa ia takut, pasien diperlakukan seperti 'kelinci percobaan', di Newyork-Presbyterian atau Colombia University Irving Medical Center, Amerika Serikat.

Pejabat rumah sakit mengatakan bahwa krisis virus corona telah menciptakan kondisi luar biasa bagi semua staf, dan mendorong tanggapan secara langsung.

Baca Juga: Stok Pangan Aman, Sekarang Masyarakat Bisa Beras Beli Secara Online

"Misi kami adalah untuk menyelamatkan hidup, dan pekerja perawatan kesehatan kami yang heroik berada di garis depan, menavigasi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata juru bicara lembaga yang secara resmi dikenal sebagai NewYork-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Nypost.

Ia mengatakan bahwa petugas medis tenga bekerja untuk mendukung kebutuhan yang diperlukan oleh mereka.(Penulis: Galih Ferdiansyah) 

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah