RINGTIMES BANYUWANGI - Kini Arab Saudi tengah dalam tekanan Amerika Serikat dan parlemen Eropa untuk membebaskan seorang Pangeran dermawan yang dipenjara.
Bahkan Pangeran dermawan tersebut dipenjara selama dua tahun tanpa tuduhan di tengah tindakan keras kerajaan yang terus meningkat.
Bahkan kini, penahanan Pangeran Salman bin Abdulaziz dan ayahnya sejak Januari 2018 adalah bagian dari tindakan keras di bawah penguasa de facto Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman yang telah menjerat bukan hanya saingan potensial tetapi juga tokoh-tokoh yang tidak menunjukkan tantangan nyata bagi cengkeraman kekuasaannya.
Baca Juga: Gambar ini Bikin Ponsel 'Hang' Jika Dibuat Wallpaper?Cek Faktanya
Drama kerajaan Arab Saudi juga telah menyeret anggota keluarga Saad Aljabri, mantan pembantu pangeran dan pejabat tinggi intelijen lainnya yang ditahan, yang melarikan diri ke Kanada dan menyimpan rahasia negara.
Target yang paling tidak mungkin adalah Pangeran Salman, 37 tahun yang berpendidikan di Universitas Sorbonne Paris, yang tampaknya tidak berambisi di dunia politik dan mendapatkan reputasi sebagai "cek kosong berjalan" untuk mendanai proyek-proyek pembangunan di negara-negara miskin.
"Ini bukan hanya penangkapan yang melanggar hukum. Ini penculikan siang hari. Ini adalah penghilangan paksa," kata seorang rekan pangeran itu dikutip Pikiran-Rakyat.com dari AFP.
Baca Juga: Meninggal di Usia 88 Tahun, Peramal Ini Sempat Sebut Virus Corona Segera Berakhir
Setelah ditahan selama sekitar satu tahun di penjara Al-Ha'ir dengan keamanan tinggi dekat Riyadh dan kemudian di sebuah vila pribadi dengan ayahnya Pangeran Abdulaziz bin Salman, sang pangeran dipindahkan ke situs penahanan rahasia pada bulan Maret.