Ilmuwan Sebut Satwa Liar di Masa Depan, Covid-19 Bukan Yang Terakhir

- 10 Juni 2020, 17:40 WIB
ILUSTRASI covid-19 atau virus corona yang bermutasi.*
ILUSTRASI covid-19 atau virus corona yang bermutasi.* /AFP/

Baca Juga: AS dan Negara Sekutu Barat Resmi Bentuk Aliansi Anti-Tiongkok

Berita ini sebelumnya telah terbit di pikiran-rakyat bekasi.com dengan judul Pandemi COVID-19 Bukan yang Terakhir, Ilmuwan: Akan Ada yang Baru dari Satwa Liar di Masa Depan

"Itu bukan satu-satunya masalah dalam semua penyakit. Tetapi jenis-jenis satwa liar yang paling toleran terhadap gangguan manusia, seperti spesies hewan pengerat tertentu, sering tampak lebih efektif dalam mentransmisikan patogen,” tuturnya.

Jadi, dia menambahkan, hilangnya keanekaragaman hayati dapat menciptakan lanskap yang meningkatkan kontak manusia-satwa liar yang berisiko dan meningkatkan kemungkinan virus, bakteri, dan parasit tertentu menyebar ke manusia.

Ada wabah tertentu yang telah menunjukkan risiko ini di "pertemuan" antara aktivitas manusia dan satwa liar dengan kejelasan yang menghancurkan.

Baca Juga: 4 Pegawai Pemkot Bogor Dinyatakan Positif Covid-19, 1 Warga Kabupaten

Dua kucing New York jadi hewan peliharaan pertama di AS yang positif Covid-19 dari manusia di rumah. Hewan kucing dan singa menjadi yang paling banyak terdampak virus corona, berpacu menemukan hewan yang jadi sumber penularan penyakit.

Sementara itu, dalam wabah pertama virus Nipah pada tahun 1999 di Malaysia, infeksi virus - yang dibawa oleh kelelawar buah - meluas ke peternakan babi besar yang dibangun di tepi hutan.

Kelelawar buah liar yang diberi makan di bawah pohon buah-buahan, kemudian buah sisanya yang dimakan oleh babi mengandung air liur dari kelelawar.

Baca Juga: Wisata Candi Borobudur dan Prambanan Kembali Dibuka Mulai 8 Juni 2020

Halaman:

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah