Ilmuwan Sebut Satwa Liar di Masa Depan, Covid-19 Bukan Yang Terakhir

- 10 Juni 2020, 17:40 WIB
ILUSTRASI covid-19 atau virus corona yang bermutasi.*
ILUSTRASI covid-19 atau virus corona yang bermutasi.* /AFP/

Lebih dari 250 orang yang bekerja dalam kontak dekat dengan babi kemudian terinfeksi virus. Lebih dari 100 orang meninggal dunia akibat infeksi virus tersebut.

Angka fatalitas kasus dari virus korona masih muncul, tetapi perkiraan saat ini di angka sekitar 1 persen. Virus nipah membunuh 40 hingga 75 persen orang yang terinfeksi.

Kelelawar buah liar yang diberi makan di bawah pohon buah-buahan, kemudian buah sisanya yang dimakan oleh babi mengandung air liur dari kelelawar.

Lebih dari 250 orang yang bekerja dalam kontak dekat dengan babi kemudian terinfeksi virus. Lebih dari 100 orang meninggal dunia akibat infeksi virus tersebut.

Baca Juga: Penggunaan Makser yang Baik dan Benar,Berikut Saran dari Dokter Reisa

Angka fatalitas kasus dari virus korona masih muncul, tetapi perkiraan saat ini di angka sekitar 1 persen. Virus nipah membunuh 40 hingga 75 persen orang yang terinfeksi.

Profesor Eric Fevre dari Universitas Liverpool dan International Livestock Research Institute di Nairobi, Kenya, mengatakan para peneliti perlu terus-menerus mengawasi daerah-daerah di mana ada risiko akan wabah penyakit lebih tinggi.

Petani di pinggir hutan dan pasar tempat hewan diperjual-belikan, adalah wilayah perbatasan antara manusia dan alam liar yang abu-abu, dan itu menjadi tempat di mana penyakit lebih sering muncul.

Baca Juga: Simak! Berikut ini adalah Tips Untuk Menghindari Rambut Rontok

"Kita harus terus-terusan mengawasi pertemuan ini dan memiliki sistem yang bekerja untuk merespons jika kita melihat sesuatu yang tak biasanya, seperti wabah penyakit yang tiba-tiba muncul di lokasi tertentu,” katanya(Puji Fauziah).

Halaman:

Editor: Galih Ferdiansyah

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah