Model Keturunan Uighur Menghilang, Sebelumnya Tunjukkan Kondisi Kamp Pengasingan Lewat Video

- 6 Agustus 2020, 20:20 WIB
ILUSTRASI Muslim Uighur.*
ILUSTRASI Muslim Uighur.* /REUTERS/

RINGTIMES BANYUWANGI - Dunia kembali soroti Tiongkok terkait masalah hak asasi manusia terhadap suku minoritas Uighur, membuat sebuah video muncul di media sosial.

Sebuah video rekaman langka muncul, lengkap dengan sebuah pesan teks yang dikirim oleh seorang pria Uighur secara diam-diam ketika sedang ditahan menunjukkan bukti mengejutkan tentang keadaannnya.

Pria Uighur di dalam video tersebut diketahui bernama Merdan Ghappar merupakan seorang model sukses di platform e-commerce Taobao.

Artikel ini sebelumnya telah terbit di Pikiran-Rakyat.com dengan judul VIdeo Model Keturunan Uighur Sebelum Menghilang, Tunjukkan Kondisi Kamp Pengasingan yang Kumuh

Baca Juga: Jet Tempur F 15 AS Kehilangan Spare Part, Jatuh di Langit Jepang

Seperti dikutip oleh ringtimesbanyuwangi.com dari Pikiran-Rakyat.com dari laman The Globe and Mail, Ghappar ditahan atas tuduhan narkoba dan telah menghabiskan lebih dari satu tahun di penjara. Akan tetapi menurut para penggemarnya tuduhan itu adalah hal yang hanya dibuat-buat.

Bermula pada Januari 2020, Merdan Ghappar (31) dibawa kembali ke Xinjiang oleh pihak polisi Tiongkok di mana ia dibelenggu dan ditahan di sebuah sel.

Video berdurasi 4 meniat 38 detik yang diambilnya sendiri, tampak Merdan Ghappar tak mengucapkan sepatah kata apapun tetapi menunjukkan keadaan disekitarnya.

Ghappar menatap kamera ponsel miliknya, ia berkedip kemudian menyeringai menunjukkan ketidaknyamanannya dan memperlihatkan tangan kirinya yang terborgol di tempat tidur.

Baca Juga: Tanaman Hias Penyerap Racun, Ternyata Lidah Mertua Berikan Manfaat yang Baik untuk Kesehatan

Kemudian ia menunjukkan kondisi ruangan dengan dinding yang bernoda dan kamar jedela yag ditutupi jeruji.

Dalam video juga tampak spanduk merah yang bertuliskan 'kejujuran dan kemurnian perilaku partai' dan sebuah seruan dari speaker terdengar yang menyatakan kepada orang-orang untuk 'mencintai Tiongkok dan berusaha untuk berada di barisan depan'.

Sebelumnya dinyatakan menghilang, Ghappar juga sempat mengirim pesan kepada keluarganya di awal tahun dan menggambarkan dirinya sedang di karantina, salah satu dari banyak orang Tiongkok yang diasingkan dalam beberapa bulan terakhir untuk membatasi penyebaran Covid-19.

Namun, Ghappar merupakan orang Uighur, anggota kelompok minoritas yang mendapatkan tekanan besar dari pemerintah Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Terkuak Fakta Baru Insiden Ledakan di Beirut, Sulut Kemarahan Warga Lebanon

Bahkan sejumlah besar orang Uighur dan minoritas ditempatkan di dalam penjara, serta pusat-pusat indoktrinasi juga pelatihan politik lalu pindah ke pabrik dimana mereka bekerja dengan upah rendah dengan sedikit kebebasan.

Pemerintah Tiongkok mengklaim mereka sedang menghadapi radikalisasi dan ekstremisme di wilayah tersebut.

Pada Januari 2020 lalu, polisi datang ke rumah Ghappar di Foshan sebuah kota manufaktur selattan dekat Guangzhou, Tiongkok dan membawanya pergi.

Mereka mengatakan pada teman Ghappar jika ia akan dikirim untuk 'pendidikan' di Xinjiang, hampir 3.500 kilometer jauhnya.

Baca Juga: BPOM Belum Setujui Herbal Hadi Pranoto Sebagai Obat Covid-19

Namun kini tak jelas Ghappar berada dimana, keluarganya kehilangan kontak dengannya.

Beberapa bulan kemudian, baik keluarga atau teman Ghappar tak menerima informasi tentang keberadaannya tepatnya sejak Maret 2020 lalu.

Tetapi sebelum ia menghilang, Ghappar mengirim video dan teks yang menggambarkan kondisi penahanannya, termasuk dibelenggu di sel polusi yang penuh sesak dengan karung hitam menutupi kepalanya dan mendengarkan teriakan orang lain seolah-olah mereka sedang disiksa.

Pesan teks yang dikirimkan Ghappar memberikan pandangan lain pada penahanan yang terjadi secara terus-menerus terhadap Uighur, bahkan selama pandemi di mana wilayah CXinjiang telah melihat sejumlah besar orang ditempatkan di karantina.

Baca Juga: Temu Kunci Salah Satu Obat Herbal yang Bisa Cegah Kanker Payudara

Dari pesan teks itu Ghappar mengungkapkan bagaimana anak-anak muda berusia 13 tahun ditargetkan sebagai bagian dari upaya Tiongkok untuk menekan agama dan budaya kelompok minoritas Muslim, dengan sebuah dokumen yang menyerukan anak-anak untuk 'bertobat dan menyerah'.

"Sepertiga dari ruangan itu dipenuhi oleh kursi untuk polisi yang bertugas. Sisanya adalah laki-laki di sebelah kanan, perempuan di sebelah kiri, terbagi dan dikurung dalam kandang," tulis Ghappar mengenai sel polisi dalam teksnya, yang diterjemahkan oleh James Millward, seorang profesor sejarah di Universitas Georgetown di Washington DC.

Ghappar mengungkapkan jika dari ujung kepala sampai ujung kaki, mereka semua mengenakan jas empat potong.

Jas empat potong yang disebut ini adalah kain hitam untuk menutup kepala, borgol, belenggu, dan rantai baja antara borgol dan belenggu.

Baca Juga: Akibat Ledakan Granat Saat Demonstrasi di Karachi, 30 Orang Pengunjuk Rasa Terluka

Ghappar diancam, dan ditahan dalam kondisi yang tidak bersih, serta berbahaya, dengan tahanan dikepung oleh kutu juga berbagi peralatan makan yang tidak dicuci untuk makan sisa makanan polisi yang dibuat menjadi sup nasi.

Tahanan lain dibawa pergi dengan minibus sedangkan Ghappar yang menderita flu, dibawa ke rumah sakit.

Kemudian ia dibawa ke ruang isolasi di kompleks di mana barang-barangnya dikembalikan kepadanya, termasuk telepon yang terselip, yang ia gunakan untuk menghubungi kerabatnya .

Sebuah video, yang dikirim Ghappar ke keluarga di Eropa, menunjukkan tangannya diborgol ke tempat tidur tipis di sebuah ruangan kecil dan kosong, sementara pengumuman propaganda diputar di latar belakang melalui sistem pengeras suara.

Baca Juga: Akibat Ledakan Granat Saat Demonstrasi di Karachi, 30 Orang Pengunjuk Rasa Terluka

Kementerian Luar Negeri Tiongkok menolak berkomentar tentang Ghappar, dan seorang perwira polisi senior di Kucha, kota Xinjian, menutup telepon ketika ditanya tentang kasusnya.

Kantor propaganda pemerintah Xinjiang tidak menanggapi beberapa faks dan panggilan telepon yang meminta komentar.***(Rahmi Nurfajriani/Pikiran Rakyat)

 

Editor: Dian Effendi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x