Charlie Hebdo Mencetak Ulang Karikatur Nabi Muhammad, Penyerangan 2015 Kembali Terjadi

- 2 September 2020, 16:45 WIB
Charlie Hebdo kembali mencetak karikatur Nabi Muhammad dengan mencantumkan nama korban penyerangan 2015
Charlie Hebdo kembali mencetak karikatur Nabi Muhammad dengan mencantumkan nama korban penyerangan 2015 /Francois Guillot/

RINGTIMES BANYUWANGI - Koran satir Perancis yang kantornya di Paris diserang, kini mencetak ulang karikatur Nabi Muhammad yang kontroversi berbagai pihak. Hal ini menjadi memicu terjadinya penyerangan 2015 kembali terjadi.

Akibatnya, beberapa pria bersenjata menembak staff editorialnya yang diumumkan pada Selasa,1 September 2020, sehari sebelum 13 orang pria seorang wanita dituduh menyediakan senjata dan logistik bagi para penyerang yang mecoba melakukan aksi terorisme pada Rabu, 2 September 2020.

Dikutip ringtimesbanyuwangi.com dari Al Jazeera, Bersama karikatur offensive tersebut, dalam editorial minggu ini, surat kabar itu mengatakan gambar-gambar itu "milik sejarah, dan sejarah tidak dapat ditulis ulang atau dihapus".

Baca Juga: Kata 'Anjay' Viral, Begini Asal Usul dan Artinya

Serangan Januari 2015 silam terjadi pada Charlie Hebdo. Dua hari kemudian, sebuah supermarket halal memicu pembunuhan yang diklaim dilakukan oleh kelompok bersenjata ISIL (ISIS) di seluruh Eropa.

Tujuh belas orang tewas dalam penyerangan yang dilakukan oleh tiga orang pria bersenjata. Dua belas orang di antaranya berada di kantor editorial surat kabar tersebut.

 

 

Para penyerang tersebut, Cherif dan Said Kouachi bersaudara, mengklaim penyerangan mereka terhadap surat kabar tersebut berada di bawah perintah Al-Qaeda. 

Baca Juga: Kepala DLH Kabupaten Temanggung Dilantik di TPA Sampah agar Fokus ke Pengelolaan Sampah

Ketika mereka meninggalkan tempat kejadian di Charlie Hebdo, mereka membunuh seorang polisi yang terluka dan  melarikan diri.

Dua hari setelahnya, seorang rekan mereka di penjara menyerbu supermarket halal pada malam Sabat Yahudi. Ia mengklaim kesetiaan kepada ISIL. Empat sandera tewas dalam serangan itu.

Kouachi bersaudara saat itu bersembunyi di kantor percetakan dengan sandera lain. Ketiganya tewas dalam penggerebekan polisi yang hampir bersamaan.

Baca Juga: Miris, Rumah Sakit di India Paksa Tukang Becak Jual Bayi Laki-lakinya Rp 19 Juta

Amedy Coulibaly, penyerang supermarket tersebut tewas ditangan seorang polisi wanita muda.

Keputusan untuk mempublikasikan kartun tersebut akan dilihat oleh beberapa pihak sebuah sikap menantang terkait kebebasan berekspresi.

Tetapi, orang lain mungkin melihatnya sebagai provokasi baru oleh sebuah publikasi yang telah lama menimbulkan kontroversi dengan serangan satirnya terhadap agama.

Baca Juga: Viral di Facebook, Begini Cara Mudah Buat Avatar Karaktermu

Karikatur yang diterbitkan ulang minggu ini pertama kali dicetak pada tahun 2006 oleh surat kabar Denmark Jyllands Posten. hal ini memicu aksi kekerasan oleh beberapa Muslim yang menganggap penggambaran itu ofensif.

Nabi Muhammad sangat dihormati oleh umat Islam, adapun segala jenis penggambaran visual dilarang. Karikatur itu justru dianggap menimbulkan aksi terorisme.

Laurent Sourisseau, Pemimpin Redaksi surat kabar tersebut dan salah satu dari beberapa staf yang selamat dari serangan itu, menyebutkan nama masing-masing korban dalam kata pengantar untuk edisi minggu ini.

Baca Juga: Jadwal Acara Trans TV Kamis 20 Agustus 2020, Jangan Lewatkan Bioskop Trans TV ‘Mine’

"Jarang ada yang, lima tahun kemudian, berani menentang tuntutan yang masih begitu mendesak dari agama pada umumnya, dan beberapa pada khususnya," tulis Sourisseau, yang akrab disapa Riss tersebut.

Presiden Dewan Ibadah Muslim Prancis (CFCM), Mohammed Moussaoui, mendesak orang-orang untuk "mengabaikan" kartun-kartun tersebut, sambil mengutuk kekerasan.

Para tersangka, yang diadili mulai pukul 08:00 GMT pada Rabu, dituduh memberikan berbagai dukungan logistik kepada para pembunuh.

Baca Juga: Tahukah Anda? Penyebab Sakit Perut Saat Gugup dan Cara Mengatasinya

Agenda tersebut ditunda beberapa bulan lantaran sebagian besar ruang sidang Prancis ditutup karena epidemi virus corona.

Pengadilan di Paris akan bersidang hingga 10 November dan, dalam persidangan terorisme yang pertama, persidangan akan difilmkan untuk tujuan arsip mengingat kepentingan publik.

Jaksa nasional anti-terorisme Jean-Francois Ricard menolak ungkapan bahwa hanya "bantuan kecil" yang diadili, karena ketiga pria bersenjata itu kini telah tewas.***

 

Editor: Dian Effendi

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x