Seorang Wanita Diperkosa Beramai-ramai Dihadapan Anaknya, Polisi Justru Salahkan Korban

- 13 September 2020, 15:18 WIB
Ilustrasi seorang wanita diperkosa dan dirampok beramai-ramai di Pakistan.*/
Ilustrasi seorang wanita diperkosa dan dirampok beramai-ramai di Pakistan.*/ /

RINGTIMES BANYUWANGI – Insiden pemerkosaan dan perampokan terhadap wanita oleh beberapa pria tak dikenal terjadi ketika mobil yang dikemudikan korban mogok pada Kamis, 10 September 2020 dini hari.

Sekelompok pria bejat tersebut menghancurkan kaca mobil dan merampok sejumlah uang tunai dan perhiasan milik korban.

Tragisnya, korban yang seorang diri tersebut diperkosa beramai-ramai dihadapan ketiga anaknya.

Baca Juga: 7 Jenis Keladi Berikut Ini Miliki Warna Eksotis, Bisa Mempercantik Suasana Rumah

Sebelum wanita tersebut diperkosa dan dirampok, korban sedang menempuh perjalanan dari Kota Lahore, Provinsi Punjab, Pakistan ke Gujranwala.

Insiden nahas tersebut lantas memicu kemarahan publik, karena pihak kepolisian justru menyalahkan korban dan bukan pelaku.

Dilansir dari pikiranrakyatbekasi.com, Kapolsek Lahore Umar Shaikh menyalahkan korban atas pemerkosaan tersebut, dengan mengatakan bahwa wanita tersebut seharusnya tidak bepergian sendirian pada malam hari.

Baca Juga: Wanita Diatas Usia 40 Tahun Rentan Depresi, Ini 5 Penyebabnya

Atas ucapannya tersebut, Umar Shaikh pun menghadapi tuntutan publik untuk mengundurkan diri.

"Pernyataan seperti itu dari orang-orang yang bertanggung jawab, harus dimulai dengan permintaan maaf karena gagal melindungi warga negara Pakistan," kata Khadija Siddiqui, seorang aktivis dan pengacara seperti dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Aljazeera pada Minggu, 13 September 2020.

"Mereka harus meminta maaf, karena perempuan di negara ini harus menderita setiap hari," katanya menambahkan.

Baca Juga: 5 Tanaman Hias Beracun bagi Anak-anak dan Peliharaan, Salah Satunya Tanaman Keladi

Berita ini sebelumnya telah terbit di pikiranrakyatbekasi.com dengan judul Dirampok dan Diperkosa Ramai-rama di Depan Ketiga Anaknya, Publik Marah Usai Polisi Salahkan Korban

Menurutnya, petugas polisi yang menangani kekerasan seksual berbasis gender seringkali menjadi bagian dari masalah.

Dan orang-orang seperti itu seharusnya tidak berada di pos-pos di sektor kepolisian, di mana para wanita mengharapkan mereka menjadi pelindung negara.

Tahira Abdullah, seorang veteran pembela hak asasi manusia juga marah dengan kejadian tersebut.

Baca Juga: Kenali Diabetes, Penyakit Kronis yang Paling Banyak Diderita Penduduk Dunia

"Ini hanyalah puncak dari kejahatan kekerasan yang dilakukan terhadap wanita dan gadis yang tidak pernah dilaporkan, terutama di pedesaan kami," kata Tahira Abdullah.

Namun, dia juga menilai bahwa ini adalah pertanda positif karena kasus perampokan dan pemerkosaan tersebut menerima banyak publisitas dari media.

Sehingga lanjutnya, dia berharap, dengan banyaknya sorotan dari media, kasus tersebut akan mendapat tindakan nyata dari pihak kepolisian.

Baca Juga: 3 Kali Gagal Daftar Kartu Prakerja, Berikut Penyebab dan Solusinya

Tahira Abdullah juga mengatakan perlunya diadakan pelatihan yang dirancang dengan hati-hati untuk menanamkan semangat kepolisian yang ramah masyarakat.

"Setiap provinsi membutuhkan unit kejahatan gender yang dikelola oleh perempuan yang terlatih khusus, bersama dengan adanya hotline, tempat penampungan krisis, bantuan medis-hukum, tes DNA, bantuan dalam mendaftarkan kasus di kantor polisi terdekat, dan konseling serta terapi trauma PTSD jangka panjang," tutur Tahira Abdullah.

Selain mendapat perhatian dari para aktivis perempuan, Perdana Menteri Imran Khan pun mengatakan perlindungan perempuan adalah prioritas pemerintah.

Baca Juga: Jangan Senang Dulu, Ini Risiko Penerima BLT Subsidi Gaji Tahap 3 dengan Rekening BCA

Dia juga mengatakan bahwa kebrutalan seperti itu tidak diperbolehkan dalam masyarakat yang beradab. Dia menyebutkan, insiden seperti itu merupakan pelanggaran nilai-nilai sosial dan aib bagi masyarakat Pakistan.

Menteri Hak Asasi Manusia Pakistan Shireen Mazari juga mengkritik keras Umair Shaikh karena telah menyalahkan korban.

Menurut polisi Punjab, ada setidaknya 2.043 kasus pemerkosaan yang terdaftar, dan 111 kasus pemerkosaan berkelompok di Provinsi Punjab tahun ini.

Baca Juga: Tanggapi Sindiran PDIP Terkait PSBB Total, Anies Baswedan: Kami Levelnya Sudah Menegakkan

Harris Khalique, Sekretaris Jenderal Komisi Hak Asasi Manusia Independen Pakistan (HRCP) mengatakan, kekerasan terhadap perempuan dan anak telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Di mana HRCP mencatat rata-rata 10 kasus kekerasan berbasis gender dalam sehari, termasuk serangan seksual dan pemerkosaan anak di bawah umur.

"Stigma melekat padanya dan korban disalahkan. Seorang wanita diperkosa di depan anak-anaknya, dan Kapolsek Lahore berani mengatakan mengapa dia mengemudi sendiri pada larut malam," kata Harris Khalique.

Baca Juga: Cara Mengaktifkan Aplikasi Zoom 2FA Sebagai Autentikasi Keamanan

“Langkah hukum dan kebijakan perlu diambil. Perubahan sikap masyarakat harus dibawa, meningkatnya misogini dan intoleransi perbedaan pendapat semuanya saling terkait satu sama lain,” katanya.

Setelah memicu kemarahan publik, akhirnya pihak kepolisian Pakistan menangkap 15 orang yang diyakini terkait dengan kasus perampokan dan juga pemerkosaan wanita tersebut.

Namun sayangnya, polisi menyampaikan bahwa tak satu pun dari 15 orang yang ditangkap tersebut diyakini sebagai bagian dari kelompok perampok tersebut.*** (Rika Fitrisa/PR Bekasi)

Editor: Dian Effendi

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah