Menurut AHY yang juga seorang purnawirawan mayor TNI AD dari Korps Infantri, sikap Moeldoko tersebut merupakan bentuk empati terhadap perasaan kader partai se-Tanah Air marah, sedih, dan kecewa selama dua bulan terakhir ini.
"Tentu mereka punya hak untuk marah, mereka punya hak untuk tidak begitu saja menerima, setelah selesai seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Mereka tentu punya hak untuk bersikap seperti itu," ujarnya.
Baca Juga: Dukung SBY Bikin Partai Baru, Ossy Dermawan: Kubu Moeldoko Harus Terima Kenyataan Pahit
Baca Juga: Tak Percaya Aksi Terorisme Ditunggangi, Sutiyoso: Aku Percaya itu Nyata
Namun, putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mengingatkan semua sebagai sesama manusia harus membuka pintu maaf.
Akan tetapi, ada tata cara jika orang per orang ada yang menyesali perbuatannya, lalu kembali dan tak melakukan hal serupa.
"Dilihat sikap dan perilakunya. Apakah ada perubahan? Ini tidak serta-merta hitam putih, tapi proses dan biasa di organisasi. Namanya pembinaan organisasi, berarti pembinaan manusia, yang tidak bisa sama rasa sama rata. Harus dicek satu-satu karena beda-beda setiap orang," katanya.
Baca Juga: Politikus Demokrat Desak KPK Langsung Menahan Bupati Bandung Barat Soal Suap Dana Covid-19
Baca Juga: Munarman Disebut akan Meledakkan Bom di Sidang HRS, Refly Harun: Harus Diserahkan ke Aparat
Dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari berita Galamedia.Pikiran-Rakyat.com berjudul “Kisruh Partai Demokrat Mulai Reda, AHY: Prinsip Kami Forgive But Not Forget”