Proyek KF-21 Boramae Terancam Gagal, Korea Selatan Cemas Anggaran Indonesia Terkuras

12 Oktober 2021, 19:35 WIB
Menunggaknya pembayaran Indonesia dalam proyek KF-21 Boramae dengan Korea Selatan akibatkan kerjasama ini terancam gagal. /Twitter @TheDeadDistrict

RINGTIMES BANYUWANGI – Rencana pemerintah Indonesia dengan niatnya untuk memiliki jet tempur sendiri dalam proyek KF-21 Boramae mengalami banyak hambatan dan jalan yang tak mudah untuk dilalui.

Meski sudah sempat setor beberapa kali kepada Korea Selatan, namun jika Indonesia pada akhirnya tidak mampu untuk menyelasaikan pembayaran dalam proyek KF-21 Boramae maka uang tersebut akan hangus secara otomatis.

Tentu hal ini akan menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, seperti tidak adanya kemampuan bagi Jakarta untuk memiliki jet tempur sendiri pada masa-masa yang akan datang.

Padahal KF-21 Boramae sudah menampakkan wujudnya dan hal ini pun dinilai tepat untuk menjadikan tonggak sejarah bagi Indonesia untuk berdikari dalam alutsista.

Baca Juga: Kabar Batalnya Indonesia Soal Perjanjian Pembagian Biaya Jet Tempur KF-21 Boramae Jadi Sorotan

Rencana pertemuan Indonesia dengan Korea Selatan guna membahas KF-21 Boramae juga terpaksa ditunda akibat adanya pandemi Covid-19 yang melanda hampir di seluruh dunia dan tak kunjung hilang.

"Kedua pemerintah sedang mendiskusikan untuk mengadakan pertemuan tingkat kerja keenam, tetapi jadwalnya tertunda karena bencana alam di Indonesia dan memburuknya situasi [coronavirus],” kata South Korea’s Defense Acquisition Program Administration (DAPA), dikutip dari Zonajakarta melalui Flight Global.

Tak hanya itu, Flight Global menyebut bahwa saat pandemi menyerang hampir di seluruh dunia, para insinyur Indonesia bergegas untuk pulang ke Jakarta pada 2020 lalu.

Namun kini mereka sudah kembali ke Korea Selatan untuk meneruskan program.

Baca Juga: Rusia Ternyata Beri Diskon Besar ke Indonesia untuk Pembelian Sukhoi Su-35, Tak Disangka

"Insinyur Indonesia telah bekerja di fasilitas produksi KAI di Sacheon hingga Maret 2020. DAPA mengaitkan kepergian mereka dengan munculnya pandemi virus corona pada awal 2020, serta tidak membayar kontribusi Indonesia untuk biaya pengembangan," tulis Flight Global.

Indonesia sendiri memang menegaskan akan tetap berada di dalam proyek KF-21 Boramae karena sebenarnya Jakarta memang membutuhkan jet tempur baru.

Walau sudah ada penegasan demikian, nyatanya Korea Selatan cemas jika anggaran Indonesia terkuras untuk membeli jet tempur Rafale.

Karena pastilah dana untuk program KF-21 Boramae terganggu.

"Seoul cemas bahwa Indonesia sedang mengkaji rencana untuk mengakuisisi jet tempur Dassault Rafale Prancis,” kata seorang sumber dari Kementerian Pertahanan Korea Selatan seperti dikutip dari Koreajoongangdaily pada Juli 2021 lalu.

Baca Juga: Alasan Rusia Berikan Harga Mahal Sukhoi Su-35 ke Indonesia Terungkap, Beda Jauh dengan Mesir

Tapi Korea Selatan akan tetap pada trek bila Indonesia memutuskan keluar dari proyek.

"Jika Indonesia melepaskan perannya dalam mendanai KF-21, Seoul tetap dapat menutup kekurangan anggaran yang dihasilkan, tetapi itu akan berakibat terlalu negatif pada rencana ekspor," tulis artikel terbitan Koreajoongangdaily.

Apa yang dikhawatirkan Korea Selatan nampaknya berdasar lantaran Indonesia punya track record nunggak pembayaran KF-21 Boramae.

Namun nampaknya penunggakan itu disengaja karena Indonesia menginginkan negosiasi ulang mengenai besara share technology yang nantinya diberikan Seoul ke Jakarta.

Seperti diketahui bila Indonesia memiliki peranan 20 persen pendanaan KF-21 Boramae.

Indonesia diharuskan membayar 1,6 triliun won (1,45 milar dolar AS atau Rp 20,5 triliun).

Tapi kini menurut laporan dari donga.com, Indonesia kembali menunggak pembayaran KF-21 Boramae selama lebih dari lima bulan, sebagaimana telah dikutip dari Zonajakarta.com dengan judul  HOME INTERNASIONAL Indonesia Kembali Nunggak Pembayaran, Proyek KF-21 Boramae Terancam Gagal

Hal ini diungkap oleh donga.com dimana pada 10 Oktober 2021 lalu, penanggung jawab utama proyek KF-21 Boramae, DAPA, belum menerima pembayaran lanjutan dari Indonesia.

Namun pada paruh pertama tahun ini Indonesia masih kurang 589 juta dolar AS.

Karena telat membayar inilah Indonesia diminta mengurangi dulu porsi kontribusi dalam pembuatan KF-21 Boramae.

Setelah ini DAPA akan mendorong pemerintah Seoul untuk mengadakan pertemuan dengan Indonesia.

Karena menurut pasal perjanjian dengan Korea Aerospace Industries bila Indonesia nunggak pembayaran sebanyak dua kali maka akses untuk mendapatkan teknologi KF-21 Boramae bakal dikurangi.

Kini nampaknya hal itu telah terjadi dimana Indonesia memang total menunggak dua kali pembayaran yang memicu adanya spekulasi proyek KF-21 Boramae gagal bagi Jakarta.*** (Beryl Santoso/Zona Jakarta)

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler