Covid-19 dan Invasi Rusia Membuat Ukraina Menghadapi Krisis Ganda

2 Maret 2022, 19:56 WIB
Simak krisis ganda yang dialami Ukraina, mulai dari penyebaran Covid-19 yang semakin luas hingga invasi Rusia. /Pixabay / ELG21/

RINGTIMES BANYUWANGI - Covid-19 merupakan wabah yang menyerang hampir seluruh dunia tidak terkecuali Ukraina. 

Adanya invasi Rusia menjadi salah satu pemicu Covid-19 menyebar lebih luas lagi. Ketika orang-orang melarikan diri dari perang, terdapat kekhawatiran apakah mereka membawa virus atau tidak. 

Wabah Covid-19 memang sudah mulai membaik akibat adanya vaksin. Namun melihat ke belakang, zona perang menjadi salah satu wadah penyebaran penyakit menular. 

Baca Juga: Perundingan Belum Capai Titik Terang, Rusia dan Ukraina Saling Ajukan Syarat untuk Gencatan Senjata

Seperti dilansir dari Aljazeera pada Rabu, 2 Maret 2022 bahwa invasi Rusia baru-baru ini ke Ukraina telah membuka babak gelap. Kemungkinan perang dapat mendorong infeksi Covid-19 meluas tidak hanya di Ukraina tetapi di negara-negara sekitarnya. 

Terjadinya perang dapat menghambat berbagai kegiatan seperti layanan kesehatan yang goyah, pertemuan sejumlah besar orang yang rentan, dan kerumunan orang dapat menciptakan badai kondisi yang sempurna penyebaran penyakit menular yang seperti coronavirus.

Perang dapat membuat pandemi yang hingga kini belum usai malah menjadi semakin tinggi. Rusia telah mencapai lebih dari 180.000 kasus positif pada 17 Februari, hanya beberapa hari sebelum menginvasi Ukraina.

Baca Juga: Konvoi Militer Rusia Sepanjang 65 Km Hampir Mendekati Ibukota Ukraina, Ketegangan Masih Berlanjut

Adanya keadaan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa tentara Rusia bisa jadi membawa virus saat menyerang Ukraina. Hal tersebut dapat membuat Ukraina mengalami krisis ganda yaitu invasi dan lonjakan kasus Covid-19.

Menurut informasi terbaru, Ukraina memiliki kasus lebih dari 4,8 juta terkait coronavirus yang telah dilaporkan dan 105.500 kematian. Kasus baru meningkat secara signifikan pada Januari-Februari 2022 dan puncaknya pada awal Februari lebih dari 43.000 kasus positif.

Sejak adanya invasi, corona dinyatakan telah menurun tetapi kemungkinan besar hal tersebut terjadi karena tidak dilakukan pengujian. adanya perang mau tidak mau membuat prioritas negara menjadi bergeser. 

Baca Juga: Tim Medis Khawatir, Sejumlah Anak Pengidap Kanker Terjebak di Tengah Perang Rusia dan Ukraina

Seperti kita semua tahu bahwa vaksin merupakan salah satu usaha untuk menghentikan pandemi. Namun menurut informasi yang tersedia, warga Ukraina yang telah menerima vaksin baru 34% saja. 

Terjadinya perang tentu akan membuat proses vaksinasi menjadi terhambat atau malah berhenti untuk waktu yang belum bisa diperkirakan. Mengingat invasi juga akan membuat fokus pemerintah bergeser dari vaksin ke invasi. 

Orang-orang Ukraina juga lebih memilih untuk menghindari bahaya dengan berusaha mencari keselamatan.

Baca Juga: 5 Fakta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Selain Sebagai Komedian dan Bintang TV

Tetapi kenyataan yang menyedihkan adalah proses penyelamatan diri tersebut dapat memicu orang-orang menuju ke titik yang sama seperti alat transportasi umum dan membuat kerumunan yang memicu penyebaran virus.  

Mau tidak mau selain menyikapi invasi, pemerintah juga perlu memperhatikan virus satu ini agar krisis ganda tidak menyerang.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melakukan vaksinasi pengungsi ketika mereka tiba di negara-negara sekitarnya. 

Selain itu, diplomatik internasional harus berusaha keras mengakhiri perang sehingga sistem perawatan kesehatan dapat dibangun kembali dengan maksimal bagi semua yang membutuhkan.***

Editor: Suci Arin Annisa

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler