Mengenal Bu Astuti, Pemilik Toko Oleh-oleh Khas Banyuwangi, Dewa-Dewi di Desa Lemahbangdewo

28 Maret 2022, 20:29 WIB
Mengenal Astuti, pelaku UMKM oleh-oleh jajanan khas Banyuwangi 'Dewa-Dewi' di Lemahbangdewo. /Galih Ferdiansyah/Ringtimes Banyuwangi/

RINGTIMES BANYUWANGI - Astuti (66) merupakan seorang pelaku UMKM jajanan tradisional yang memiliki toko oleh-oleh khas Banyuwangi bernamakan Dewa-Dewi.

Diketahui, ia memulai usahanya tersebut sejak tahun 1993, dan masih berjalan hingga kini.

Ia memaparkan, bahwa mulai mempelajari tentang pembuatan kue dan jajanan sejak tahun 1991.

Baca Juga: Furniture Meja Kursi Desa Kaotan Banyuwangi Dipasarkan Hingga Pulau Bali

Usai mendapat dukungan dari Disperindag dan Dinas Kesehatan, Astuti pun memulai usahanya dengan mengunggulkan jajanan khas Lemahbangdewo yakni Opak Gulung.

Setelah sukses dengan Opak Gulung, ia mulai mencoba membuat Bagiak. Uniknya, ia pun membuat variasi dari kue Bagiak ini.

Dengan memadukan dua varian rasa menjadi satu, Astuti menyebutnya Bagiak Zebra.

"Kebetulan saya punya ide, bagaimana Bagiak ini pasarannya agak melonjak, saya bikin zebra," ujar Astuti dalam keterangannya pada Ringtimes Banyuwangi Senin, 28 Maret 2022.

Baca Juga: Imbas Kelangkaan Minyak Goreng, Desa Lemahbang Dewo Kekurangan Stok

"Zebra itu paduannya, misal keju coklat, melon durian, terus saya bentuk dan saya kasih nama zebra," sambungnya.

Ia pun menyebut bahwa variasinya itu ditujukan untuk anak-anak muda agar bisa menikmati jajanan tradisional dengan rasa yang milenial.

Owner dari toko oleh-oleh Dewa-Dewi itu juga mengeluhkan terkait pandemi yang mengakibatkan pendapatannya menurun.

Sebelum pandemi, ia menyebut bahwa memiliki 15 pekerja. Kini usai diterpa pandemi hanya tersisa 4 orang saja.

Baca Juga: Jajanan Tradisional Khas Banyuwangi Jadi UMKM Unggulan di Desa Lemahbang Dewo

Meski demikian, ia menyampaikan bahwa kini keadannya sudah menuju normal.

Di samping itu, Astuti mengatakan, kini produksinya hanya mengikuti pasarannya saja. Tak terlalu banyak, karena khawatir tak habis terjual.

"Kalo produksi tiap hari, sekarang ini mengikuti pasaran, kalo pasarnya lembek mau produksi gimana, mau di bawa kemana? Kalo pasarannya sudah kokoh lagi, produksinya akan ditingkatkan," ujarnya.

Selain pandemi, kelangkaan minyak goreng pun turut berdampak pada produksinya.

"Kalo saya dari dulu menggoreng Sale Pisang dan Keciput itu saya nggak mau minyak lain, selain bimoli dan filma, yaitu saya agak kesulitan," ujarnya.

Baca Juga: Bupati Ipuk Minta Dinas-Kecamatan Dukung dan Fasilitasi Pasar Takjil Ramadan

Alhasil, Astuti pun menurunkan tingkat produksinya. Alasan lainnya yakni ia tak mau mengecewakan para konsumen.

Maka dari itu, ia terus berupaya untuk tetap menjaga kualitas dari bahan-bahan yang digunakan, termasuk minyak goreng.

Tak hanya jajanan khas Banyuwangi, di toko oleh-oleh Dewa-Dewi pun turut menjajakan olahan dari sejumlah UMKM sekitar maupun luar daerah.***

Editor: Suci Arin Annisa

Tags

Terkini

Terpopuler