Sungguh Mengesankan, Abdi Negara Ini Kerap Bantu BPJS Kesehatan Dalam Menyampaikan Program JKN

6 September 2022, 13:00 WIB
Salah satu abdi negara pria kelahiran Kabupaten Tuban Jawa Timur kerap bantu BPJS dalam menyampaikan progam JKN di bawah kaki Gunung Ijen. /BPJS Kesehatan Banyuwangi

RINGTIMES BANYUWANGI - Menjadi abdi negara tentunya harus siap ditempatkan dimanapun dan kapanpun.

Seperti kisah Sapto Edy Suayoto (45) pria kelahiran Kabupaten Tuban Jawa Timur ini sudah mengabdi di Puskesmas Sempol Kabupaten Bondowoso selama 28 tahun.

Ya, dengan masa kerja yang sudah sangat lama dan selalu berinteraksi dengan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), artinya ia sudah paham tentang JKN dari sejak lama.

Baca Juga: Penambang Belerang Tewas Terbakar Blue Fire Kawah Ijen

“Saya tugas disini sudah mau kepala tiga dan tidak pernah pindah-pindah. Selain karena tugas, saya juga sudah nyaman tinggal disini karena udaranya yang sejuk dan masyarakatnya juga yang ramah-ramah. Disini hampir semua yang berobat pakai JKN dan itu sangat membantu sekali, baik rawat inap maupun rawat jalan,” ujar Sapto.

Sapto bercerita bahwa dirinya sudah sering berinteraksi dengan masyarakat dan yang pertama kali sering ia tanyakan adalah kartu JKN.

Ia mananyakan hal tersebut karena ingin memastikan apakah mereka sudah terdaftar sebagai peserta JKN atau belum.

Sehingga, secara langsung ia sudah membantu BPJS Kesehatan untuk mensosialisasikan akan pentingnya Program JKN ini.

“Pertama kali saya tanyakan ke warga disini adalah punya kartu JKN atau engga, kalau punya, saya selalu berpesan agar selalu dicek apakah kartunya masih atau engga. Soalnya saya ingin mereka benar-benar bisa tenang dilayani,” beber Sapto.

Baca Juga: Kebut Ribuan Sertifikasi Kapal Nelayan, Banyuwangi Jemput Bola ke Pos-Pos Nelayan

Ia melakukan hal tersebut karena ia merasa tidak tega jika mereka tidak memiliki kartu JKN dan harus membayar umum.

Lebih lanjut, ia selalu berpesan kepada masyarakat agar segera mendaftarkan semua keluargnya menjadi peserta JKN agar disaat sakit, semuanya bisa ditanggung biaya pengobatannya oleh JKN.

“Jika saya melihat kartunya aktif, saya merasa senang dan tenang, karena pasiennya ga perlu lagi memikirkan biaya. Yang menjadi hal paling tidak enak itu adalah ketika pasien harus dirawat inap dan ternyata dia belum terdaftar sebagai peserta JKN. Saya selalu menyarankan mereka untuk segera mendaftar JKN,” ungkapnya.

Meskipun jauh dari pusat kota dan rumah sakit rujukan, Sapto dan rekan-rekan puskesmas lainnya tidak pernah beralasan untuk tidak melayani. Bahkan, hal itu harus tetap mereka jalani karena sudah menjadi tanggung jawabnya.

“Puskesmas Sempol ini jauh dari pusat kota, selain itu jalannya ini berkelok dan terjal, waktu tempuhnya kalau harus dirujuk yaitu sekitar dua jam lebih. Selain itu, masyarakat yang berada di wilayah jampit harus datang ke puskesmas dengan penuh perjuangan karena jarak mereka yang sangat jauh dengan kondisi jalan yang tidak seperti jalan di perkotaan,” ujar ayah dua anak tersebut.

Baca Juga: Kendalikan Hama Tikus, Pemkab Banyuwangi Fasilitasi 342 Rumah Burung Hantu

Selain terlibat dalam mensosialisasikan Program JKN, ia juga memiliki kisah tentang anaknya yang berhasil melakukan operasi hidrosefalus, penyakit merupakan kondisi dimana adanya tumpukan cairan di dalam rongga jauh di dalam otak yang menyebabkan kerusakan otak yang ditandai dengan pembesaran kepala pada bayi.

“Anak saya yang kedua harus operasi di kepalanya karena menderita hidrosefalus, operasinya berjalan sebanyak tiga kali di rumah sakit dan alhamdulillah sekarang sudah sembuh. Tentunya semua itu berkat JKN yang sudah menanggung semua biaya operasi serta kerja yang baik dari dokter sehingga anak saya bisa sembuh,” tutunya dengan mata berkaca-kaca.

“JKN ini sangat membantu saya sekali. Saya tidak bisa membayangkan jika harus pakai biaya sendiri, sudah berapa rupiah yang dikeluarkan untuk bisa sembuh dari penyakit itu,” kata Sapto sembari mengeluskan tangan ke dadanya.

Sapto menambahkan, selain pengobatan anaknya yang kedua, anaknya yang pertama juga harus masuk rumah sakit karena terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Baca Juga: Sendratari Meras Gandrung Banyuwangi Kembali Digelar Tiap Pekan

Kala itu, Sapto harus bolak-balik dari Sempol ke Kabupaten Jember untuk menjaga anaknya yang dirawat di rumah sakit.

“Selain anak saya yang kedua, sekitar tiga bulan yang lalu anak saya yang pertama terkena DBD yang harus dirawat di rumah sakit wilayah Jember karena ia sedang berkuliah disana. Alhamdulilah, sekali lagi saya bersyukur karena biaya perawatannya sudah ditanggung sama JKN,” tambahnya.

Dengan banyaknya masyarakat yang terbantu serta dirinya yang sudah merasakan manfaat dari Program JKN ini, ia tidak pernah berhenti mengucapkan syukur. Sapto dengan senang hati akan terus membantu menyukseskan Program JKN di wilayah kerjanya.

“Saya sangat ingin mengucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan melalui Program JKN ini, berkat program ini, banyak masyarakat yang berada di wilayah sempol bisa sehat tanpa harus mengeluarkan biaya. Begitu pun dengan anak saya sendiri yang sudah sembuh dari sakit yang berkepanjangan,” ucap Sapto.

Baca Juga: Bermodalkan Gotong-Royong Warga, Gintangan Bamboo Festival Banyuwangi Berlangsung Meriah

Diakhir, Sapto memiliki keyakinan bahwa BPJS Kesehatan akan terus berkembang dan menjadi penolong masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Menurutnya, jika tidak ada Program JKN, mungkin akan banyak harta yang dijual untuk biaya pengobatan.

“Saya yakin, Program JKN ini akan selalu ada dan BPJS Kesehatan akan selalu menjadi pendamping setia masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan,” tutupnya.***

Editor: Dian Effendi

Tags

Terkini

Terpopuler