Ukraina Ajukan Syarat Jaminan Keamanan Sebelum Menyatakan Diri Siap Jadi Negara Netral

- 31 Maret 2022, 15:40 WIB
Ukraina siap mengubah negaranya menjadi status netral jika diberikan jaminan keamanan dari Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris.
Ukraina siap mengubah negaranya menjadi status netral jika diberikan jaminan keamanan dari Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris. /PIXABAY/ELG21/

RINGTIMES BANYUWANGI - Ukraina menyatakan bahwa kemungkinan akan mengubah status negaranya menjadi negara netral. 

Setelah invasi besar-besaran yang dilakukan Rusia, lebih dari sebulan ini, Ukraina mulai membuka peluang untuk menjadi negara netral.

Meskipun demikian, Ukraina mengajukan beberapa syarat sebelum benar-benar menjadi negara netral.

Baca Juga: Rusia Janji Kurangi Serangan Militer di Daerah Kyiv, Ukraina Ragu

Selain menerima tawaran kemungkinan mengubah status menjadi negara netral, Ukraina juga menjelaskan bahwa negaranya tidak akan bergabung dengan NATO. 

Menurut hukum Internasional, kedudukan negara dengan status netral adalah tidak ada keberpihakan saat terjadi sebuah perang. 

Dikutip RingtimesBanyuwangi.com dari berita Pikiran-Rakyat.com yang berjudul "Ukraina Bersedia Jadi Negara Netral, Keinginan Vladimir Putin Terpenuhi?".

Akan tetapi, Ukraina memberikan syarat. Yakni negara Barat, seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris bisa memberikan jaminan keamanan pada negara tersebut.

Baca Juga: Hasil Dialog Damai Delegasi Rusia dan Ukraina, Mykhailo Podolyak Tawarkan Status Netral

“Kami telah mendengar selama bertahun-tahun bahwa pintu terbuka, tetapi kami juga mendengar bahwa kami tidak dapat bergabung. Itulah kebenaran yang sangat kami akui,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, pada 15 Maret 2022. 

Menurut hukum internasional, suatu negara bersifat netral jika tidak ikut campur dalam situasi konflik bersenjata internasional yang melibatkan pihak-pihak yang berperang lainnya.

Negara tersebut tidak dapat membiarkan pihak yang berperang menggunakan wilayahnya sebagai basis operasi militer, memihak atau memasok peralatan militer, dikutip dari The Guardian, Kamis 31 Maret 2022.

Namun diduga keinginan pasukan Zelensky untuk menjadi negara netral dan tidak bergabung dengan NATO tersebut untuk memenuhi permintaan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Baca Juga: Mayat Wanita Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Ukraina, Ada Ukiran Swastika yang Ditulis dengan Darah di Tubuhnya

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah menentang tindakan Ukraina yang ingin bergabung pada NATO.

Sehingga, Vladimir Putin dengan tegas memberikan 'hukuman' pada pasukan Zelensky dengan melancarkan operasi militer.

Bahkan dalam beberapa persyaratan damai, Vladimir Putin tetap menekankan agar negara di bawah kekuasaan Zelensky untuk melepaskan ambisinya bergabung dengan NATO.

Negosiator utama Rusia, Vladimir Medinsky, mengatakan bahwa Moskow menyediakan beberapa persyaratan damai, yakni:

Baca Juga: Rusia Berjanji Akan Segera Mundur dari Ukraina dan Hentikan Invasi

1. Melepaskan ambisi bergabung dengan NATO

2. Mengadopsi status 'non-blok'

3. Meninggalkan nuklir dan senjata pemusnah massal lainnya

4. Berkomitmen untuk tidak menjadi tuan rumah bagi pasukan asing atau pangkalan militer di tanahnya

5. Setuju untuk tidak melakukan latihan militer dengan tentara asing kecuali dengan kesepakatan dengan penjamin negara termasuk Rusia.

Ukraina, menurut Medinsky, telah menerima kesepakatan damai tersebut.

“Ukraina telah menyatakan kesiapannya untuk memenuhi persyaratan mendasar yang telah ditekankan Rusia selama beberapa tahun terakhir. Jika kewajiban ini dipenuhi, maka ancaman untuk menciptakan jembatan NATO di wilayah Ukraina akan dihilangkan,” kata Medinsky, dikutip dari Reuters.*** (Mita Paradilla Rayadi/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Shofia Munawaroh

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah