Wilayah Laut Utara Natuna Masih Memanas, Aktifitas China Buat Malaysia Makin Waspada

- 10 Mei 2022, 14:15 WIB
Ilustrasi Laut Natuna Utara, perseteruan antara China dan Malaysia masih memanas
Ilustrasi Laut Natuna Utara, perseteruan antara China dan Malaysia masih memanas /Foto: Teguh Prihatna/

RINGTIMES BANYUWANGI - Sampai saat ini permast Laut Utara Natuna masih sedang dalam konflik antara China dengan Malaysia. 

Pasalnya China tetap yakin atas klaim sepihak Laut Utara Natuna dan mereka juga mengaku bahwa wilayah tersebut adalah teritorial Beijing. 

Sebenarnya ada beberapa negara yang masuk dalam klaim sepihak China di Laut Utara Natuna salah satunya yaitu Malaysia. 

Karena China merasa Laut Utara Natuna adalah miliknya pada akhirnya mereka sering keluar masuk wilayah Malaysia. 

Dikutip Ringtimes Banyuwangi dari ZonaJakarta.com dengan judul Laut Natuna Utara Masih Bergejolak, Setengah Aset Angkatan Laut Malaysia Justru Kolot: Beroperasi Lebihi Batas

Malaysia bukannya diam saja, tetangga Indonesia itu sudah melakukan berbagai upaya dalam penegasan kedaulatan negaranya.

Misalnya dengan memanggil Dubes China untuk Malaysia guna mengajukan protes dan dimintai keterangan.

Namun, pihak China memberikan jawaban yang penegasan soal klaim yang diajukannya di Laut Natuna Utara.

China berkilah bahwa apa yang dilakukan kapal Beijing di ZEE Malaysia di Laut Natuna Utara tak melanggar kedaulatan.

Lantaran kapal China berada di teritorial kedaulatan Beijing di Laut Natuna Utara.

“Pada 4 Oktober tahun lalu, Kementerian Luar Negeri memanggil Duta Besar China untuk Malaysia untuk menyatakan protes negara tersebut terhadap kehadiran dan aktivitas kapal China. 

Baca Juga: Militer Indonesia Urungkan Niat Membeli Su-35 dari Rusia, Rahasia Negara-Negara ASEAN Terungkap

termasuk kapal penelitian, di Zona Ekonomi Eksklusif Malaysia di lepas pantai Sabah dan Sarawak.

Dan tanggapan dari Kementerian Luar Negeri China seperti yang diharapkan.” jelas Defence Security Asia.

"Kapal survei (milik China) sedang melakukan penyelidikan ilmiah normal di wilayahnya sendiri," kata Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan media asing.

Tanggapan pihak China ini merupakan penegasan bahwa Beijing tak main-main soal klaim kedaulatan di Laut Natuna Utara.

Merunut laporan yang dibagikan The New Indian Express setidaknya 80 persen Laut Natuna Utara masuk ke dalam Nine Dash Line China.

Baca Juga: Militer Vietnam: Senjata Rusia Lebih Terjangkau, Hubungan Dekat Tetap Terjalin

Nine Dash Line merupakan dasar klaim China soal kedaulatan di Laut Natuna Utara.

Itu juga sebagai pembatas kedaulatan China dan berbagai negara ASEAN khususnya di Laut Natuna Utara.

Selama empat bulan di tahun lalu, media Jiran menuturkan jika kapal China mondar mandir di ZEE Malaysia di Laut Natuna Utara.

Tak lain hal ini dilakukan kapal China untuk emngganggu eksplorasi migas yang tengah dilakukan Malaysia.

Oleh sebab itu, media Jiran itu menyebut jika gangguan China ini bak sabotase ekonomi bagi Malaysia.

Dan apabila gangguan kapal China it uterus berlanjut, tak menutup kemungkinan bila di masa depan Malaysia akan kehilangan investor migas di Laut Natuna Utara. 

Baca Juga: Indonesia Kuatkan Pertahanan Militer di Wilayah Natuna Utara, China Menolak Keputusan Pengadilan Internasional

Terusnya gangguan kapal China terhadap kegiatan eksplorasi migas di peta Nine Dash Line semakin memperumit upaya investasi industri migas di kawasan Asia Tenggara,” menurut AMTI, dikutip dari Defence Security Asia. 

“… gangguan dari kapal-kapal China ini bisa diartikan sebagai upaya sabotase ekonomi atau lebih tepatnya industri migas Malaysia dan Indonesia.” jelasnya.

Adanya gangguan kapal China di ZEE Malaysia di Laut Natuna Utara, ternyata tak diimbangi dengan kekuatan Angkatan Laut negeri Jiran itu.

Angkatan Laut Malaysia dilaporkan mengalami keterpurukan serius.

Adanya kemerosotan di bidang pertahanan laut Malaysia itu tak terlepas dari usangnya aset yang dimiliki TLDM.

Media Jiran menuturkan bila aset milik Angkatan Laut Malaysia sudah kolot alias usang atau tua.

Dengan memiliki aset yang kolot berpengaruh besar terhadap kemampuan Angkatan Laut Malaysia.

Oleh sebab itu hal ini menjadi problem atau PR besar bagi Angkatan Laut Malaysia.

Baca Juga: Kasus Hepatitis Akut Anak-anak Kian Merajalela, China Luncurkan Serangkaian Tes Baru

“Baru-baru ini dia juga mencatat bahwa sekitar 61 persen atau lebih dari setengah aset yang dia miliki telah beroperasi melampaui batas usia asli dari desainnya dan telah menjadi usang.” jelasnya.

“Seperti kita ketahui, perbatasan laut negara dihadapkan pada persoalan tumpang tindih klaim, perambahan perairan oleh kapal atau kapal asing serta perompakan dan perampokan di laut.

Kegiatan tersebut dapat mengganggu kegiatan ekonomi maritim dan mempengaruhi ketentraman perairan laut negara.

“Saya khawatir RMN tidak akan dapat bertindak secara efektif dan efisien dalam beberapa situasi, sehingga mempengaruhi keamanan dan perdamaian negara dari ancaman eksternal,” katanya.

Bahkan petinggi TLDM khawatir jika Malaysia akan dikucilkan dari komunitas Angkatan Laut internasional.

Ini karena Angkatan Laut Malaysia tak ammpu untuk bersaing dengan negara lain.

“Kemampuan RMN dipandang tidak setara dengan angkatan laut dari berbagai negara dan ini menjadikan RMN bukan mitra strategis yang kredibel,

sehingga mempengaruhi hubungan pertahanan internasional negara tersebut,” tulis Defence Security Asia.

“Ke depan, jika masalah aset usang masih belum ditangani oleh pemerintah, jangan heran jika tidak ada negara asing yang mau mengadakan latihan bilateral dengan TLDM,

atau angkatan laut negara kita tidak lagi diundang untuk berpartisipasi dalam latihan angkatan laut multilateral besar seperti RIMPAC. dan seterusnya.” imbuhnya.***(Tri Agung Gumelar/ZonaJakarta.com)

Editor: Al Iklas Kurnia Salam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x