Baca Juga: Militer Indonesia Urungkan Niat Membeli Su-35 dari Rusia, Rahasia Negara-Negara ASEAN Terungkap
La Hong Hiep, seorang pejabat senior di Program Studi Vietnam di ISEAS-Yusof Ishak Institute, memberi komentar tentang pilihan tindakan Vietnam.
"Itu tidak akan mudah. Pada umumnya, senjata Rusia dipandang lebih terjangkau. Terlebih banyak pejabat militer senior Vietnam dilatih di Uni Soviet dan Rusia, jadi mereka tetap akan berhubungan dekat," kata Hiep.
Tidak hanya itu saja, mengadaptasi platform senjata Rusia yang ada dengan peralatan non-Rusia yang lebih baru akan menjadi tantangan.
"Ini masalah kompatibilitas. Vietnam mungkin akan melepaskan diri dari peralatan militer Rusia secara bertahap," tambah Hiep.
Baca Juga: Militer Vietnam: Senjata Rusia Lebih Terjangkau, Hubungan Dekat Tetap Terjalin
Bahkan jika ada penghentian secara bertahap, militer Asia Tenggara benar-benar sudah bergantung pada peralatan Rusia.
Pada titik tertentu mereka juga akan tetap membeli suku cadang atau peningkatan perangkat keras.
Dilema-dilema inilah yang kemudian hubungan terselubung antara Rusia dengan negara-negara di Asia Tenggara tidak akan mudah untuk terselesaikan.
Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Rusia adalah pemasok senjata terkemuka di Asia Tenggara dan telah menjual peralatan pertahanan senilai sekitar $10,7 miliar (€9,75 miliar) ke kawasan itu antara tahun 2000 dan 2019.Sebagian besar jumlah itu berasal dari Vietnam.