Mengenal Seblang Olehsari Part 2, Tradisi Lungsuran, Kembang Dharmo, dan Tundikan

- 10 Mei 2022, 21:55 WIB
Mengenal Seblang Olehsari Part 2, Tradisi Lungsuran, Kembang Dharmo, dan Tundikan
Mengenal Seblang Olehsari Part 2, Tradisi Lungsuran, Kembang Dharmo, dan Tundikan /Galih Ferdiyansyah/Ringtimes Banyuwangi

RINGTIMES BANYUWANGI - Tradisi Seblang Olehsari merupakan ritual adat asli Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.

Ritual Seblang Olehsari ini dilakukan atas dasar syukur dan bersih desa. Meski demikian ritual Seblang Olehsari ini pun sangat kental dengan hal mistis dan magis. 

Sunaryo (42) selaku keturunan asli leluhur seblang menjelaskan, karena untuk menentukan tanggal diselenggarakannya harus menunggu seseorang yang kerasukan roh halus leluhur seblang. 

"Sebelum acara Seblang diselenggarakan, akan ada seseorang yang (kesurupan) kerasukan, hal tersebut bertujuan untuk menentukan tanggal tradisi tersebut dimulai," ujar Sunaryo pada pewarta Ringtimes Banyuwangi Sabtu, 7 Mei 2022. 

Baca Juga: Jelang Liga Selancar Paling Bergengsi Dunia, Bupati Ipuk Pimpin Rapat di Pantai Plengkung

Selain itu, semua hal yang berkaitan dengan tradisi ini pun ditentukan oleh roh leluhur tersebut. 

Mulai dari si penari, pembuat omprog, pendamping penari, dan lain-lain. Uniknya dari tradisi ini yakni si penari menari atas kehendak si roh halus yang merasukinya. 

Penari melenggak-lenggok dalam keadaan tidak sadarkan diri, dengan diiringi gamelan dan lagu-lagu khas Banyuwangi. 

Jumlah lagunya pun tak main-main, yakni sebanyak 36 lagu. 

Sunaryo pun menjelaskan, lagu-lagu tersebut harus dinyanyikan seluruhnya pada setiap hari pelaksanaan.

Baca Juga: Pesan Menkumham Kepada Seluruh Jajaran Saat Pimpin Apel Pegawai dan Halal Bihalal⁣ 

Nah, tatanan acara dari ritual Seblang Olehsari ini antara lain: 

- Ada seseorang yang kerasukan untuk mendapatkan petunjuk. 

- Selamatan di makam pada H+1 hari raya idul fitri. 

- Selamatan sehari sebelum acara dimulai. 

- Acara dimulai selama 7 hari 

- Ider bumi di hari ke-7 

- Lungsuran di hari ke-8 

Baca Juga: Jual Keindahan Bawah Laut, Bangsring Underwater Banyuwangi Mampu Tarik Wisatawan hingga 1500 Pengunjung

Menariknya dalam pelaksanaannya, ada tradisi yang disebut kembang dharmo. 

Kembang dharmo ini merupakan kuntum bunga kenanga yang ditancapkan pada bilah bambu. 

Tradisi tersebut dilakukan di tengah-tengah acara, si penari akan mengitari panggung dengan membawa sejumlah kembang dharmo. 

Ia akan berhenti di sejumlah titik penonton dan menjual bunga-bunga tersebut. 

Sunaryo menjelaskan, makna dari membeli kembang dharmo tersebut yakni tergantung dari keyakinan para pembeli masing-masing. 

Misalnya, lantaran membeli kembang dharmo maka dagangannya akan laris, atau semacamnya. 

Jika niat kita baik saat membeli kembang dharmo, kemungkinan hajat kita akan terwujud. Hal tersebut yang diyakini oleh masyarakat setempat. 

Baca Juga: Banyuwangi Gencarkan Surveilans ke Daerah Perbatasan hingga Pasar Hewan Antisipasi Hewan Ternak PMK

Kendati demikian, hal tersebut tak boleh terlalu dipercayai, karena segala hal di dunia ini sudah diatur oleh Sang Pencipta. 

"Tergantung keyakinan masing-masing, misalnya saya membeli kembang dharmo supaya dagangan saya laris, tapi hanya lantaran, dan tidak boleh terlalu mempercayainya, karena segala urusan di dunia ini sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa," ujar Sunaryo. 

Tradisi unik lainnya yakni Tundikan (si penari melempar sampur secara acak ke arah penonton). 

Menariknya, siapapun yang terkena lemparan sampur tersebut harus bersedia naik ke meja yang telah disediakan dan harus menari bersama si penari seblang. 

Apabila ia tidak bersedia naik, maka roh halus yang bersemayam dalam tubuh si penari akan merajuk. 

Baca Juga: Pendaki Hilang Asal Bondowoso di TWA Kawah Ijen Banyuwangi Ditemukan dengan Selamat

Tradisi unik berikutnya yakni lungsuran, yang merupakan ritual akhir dari tatanan acara Seblang Olehsari. 

Menurut penuturan Sunaryo, tradisi lungsuran tersebut yakni ritual  memandikan para pelaku adat, si penari seblang, sinden dan sejumlah orang lainnya serta benda-benda terkaitnya dengan air bunga yang sudah dibacakan doa oleh pawang. 

"Lungsuran itu tradisi memandikan para pelaku adat, si penari seblang, sinden dan sejumlah orang lainnya, serta benda-benda terkait seperti sampur, dengan air bunga yang sudah dibacakan doa oleh pawang," sebut Sunaryo. 

Sunaryo menyebutkan, tradisi tersebut berlaku sebagai penutupan dan isyarat untuk para roh halus untuk kembali ke tempat asalnya.

"Ibaratnya mengisyaratkan kepada roh halus, 'sudah selesai acaranya, silahkan pulang'," pungkas Sunaryo.***

Editor: Al Iklas Kurnia Salam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah