Tahun 1883, Sejarah Gunung Krakatau Gelapkan Dunia

- 8 Januari 2024, 10:20 WIB
Tahun 1883, Sejarah Gunung Krakatau Gelapkan Dunia
Tahun 1883, Sejarah Gunung Krakatau Gelapkan Dunia /

Merak, Banten, bahkan   begitu terdampak akibat letusan Krakatau, beberapa sumber menyebutkan luluh lantak. Rudolph Eduard Kerkhoven (1848-1918) mengungkapkan dalam surat untuk keluarganya.

Ledakan mala Krakatau bak ledakan meriam yang berada di bawah jendela rumahnya di Gambung, dekat Ciwidey. Suhu dunia pun berubah, perubahan iklim bahkan terjadi di Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Pemprov Jatim Berhasil Kendalikan PMK, Khofifah:PMK Kini Tidak Berstatus Wabah

Mala yang terjadi pada 1883 itu digambarkan Edvard Munch (1863-1944) dalam lukisannya yang terkenal, The Scream, salah satu lukisan paling dikenal di dunia dan merupakan lukisan berserinya bertajuk Der Schrei der Natur.

Lukisan itu menggambarkan seseorang yang wajahnya cemas, di belakangnya langit jingga yang sangat menyala, tepat berada di atas perairan yang kelam.

Dalam catatan hariannya, Munch mengungkap inspirasi di balik karyanya itu. "Saya sedang berjalan di sepanjang jalan bersama dua orang teman – yang matahari terbenam – tiba-tiba langit berubah menjadi merah darah – aku berhenti, merasa lelah, dan bersandar di pagar – ada darah dan lidah api di atas fyord biru kehitaman dan kota – teman-temanku terus berjalan, dan aku berdiri di sana dengan gemetar dengan kecemasan–dan saya merasakan jeritan tak terbatas melewati alam," demikian kata Munch, dikutip The Vintage News, diakses 8 Januari 2024.

Baca Juga: BMKG Hari ini:Masyarkat Dihimbau Waspadai Prediksi Hujan Badai

Selain dalam lukisan fenomenal The Scream, kedahsyatan letusan Krakatau tergambarkan dalam Syair Lampung Karam yang ditulis Muhammad Saleh, saksi sejarah mala Krakatau.

Tulisannya menggunakan huruf hijaiyah, sangat runut, detail, dalam 374 bait.

Tulisan Muhammad Saleh itu sempat hilang sejak meletusnya Krakatau, pada 2008 syair itu ditemukan seorang warga negara Indonesia bernama Suryadi di Perpustakaan Universitas Leiden Belanda.

Halaman:

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah