RINGTIMES BANYUWANGI - Alkisah, pernah ada satu sekolah yang bertanya bagaimana cara mendapatkan siswa banyak dalam proses penerimaan peserta didik baru setiap tahun.
Setelah meminta beberapa data, saya menyampaikan satu 'referensi' untuk memperbaiki konsep brosur dengan perbaikan pada tampilan desain.
Dan, Alhamdulillah efektif, ada peningkatan perolehan siswa baru yang signifikan.
"Berpikirlah sebelum menentukan suatu ketetapan, atur strategi sebelum menyerang, dan musyawarahkan terlebih dahulu sebelum melangkah maju kedepan." (Imam Syafi'i)
Baca Juga: Kita Semua Menjalankan Peran ini, Menjadi Guru Sebelum Segala Sesuatu
Di case yang lain, bukan tentang sekolah. Ada salah satu rekan sharing masalah bisnisnya. Pemasukan banyak, tapi tidak berwujud apapun.
Setelah diskusi beberapa saat, saya menyampaikan kepada beliau untuk meminta maaf dan memastikan istri ridho atas pekerjaannya.
Next, Alhamdulillah ketemu di saat selanjutnya, permasalahan sudah membaik. Meski tak langsung berubah, proses perbaikan ekonomi sudah terlihat menguat.
Baca Juga: Abai Membangun Branding, Sebabkan Mundurnya Kualitas Sekolah
Ibu Bapak, bisa perhatikan dua kisah diatas.
Pertama, dengan referensi memperbaiki brosur dan yang kedua meminta maaf dan ridho istri adalah taktik.
Taktik muncul dari sebuah proses pengamatan dari peristiwa yang mendahuluinya. Dan pengamatan ini kita menyebutnya STRATEGI.
Taktik bisa efektif disatu tempat namun tidak di tempat yang lainnya. Dan bisa jadi berbeda-beda pilihan antara satu case dengan case lainnya.
School Branding sebagai sebuah STRATEGI menata cara berpikir (framework) kita dalam menghadapi tantangan pengelolaan sekolah.
Karenanya tidak bisa instan langsung bisa. Perlahan tapi pasti, ia menjadikan lembaga pendidikan memiliki daya jangkau sukses yang makin luas dan jauh.***
Mas Rofi'
CEO SmartGen Indonesia
Praktisi School Branding
Konsultan Manajemen Pendidikan
Penulis Buku SBS 2020