RINGTIMES BANYUWANGI - Sekolah sebagai sebuah organisasi, ia layaknya mahluk hidup yang juga terus bertumbuh.
Sementara disisi lain, ada masyarakat pengguna layanannya yang juga mengalami pertumbuhan kebutuhan.
Jika kecepatan pertumbuhan kebutuhan masyarakat mendahului pertumbuhan kemampuan sekolah untuk menyediakan solusi atasnya, maka ini akan menjadi berita buruk bagi sekolah yang bersangkutan.
Kenapa? Karena, masyarakat akan mencari solusi atas kebutuhannya, di sekolah lainnya. Artinya, ‘keterpilihan’ sekolah ini, akan menurun dengan sendirinya.
Baca Juga: 3 Cara Terbaik Membangun Sekolah, Salah Satunya School Branding
Fokus pada kata ‘bertumbuh’. Dikutip dari penelitian David R. Hawkin, MD. Phd. tentang Force and Power. Penulis melihat ada relevansi antara apa yang ditemukan dengan unsur penunjang pertumbuhan sebuah organisasi. Emosi (baca : rasa) yang ia teliti dan disajian dalam sebuah tabel.
Emosi yang terdeskripsikan pada penelitian David R. Hawkin, MD. Phd. tersebut memberikan dampak yang sangat signifikan dalam pertumbuhan sebuah sekolah, sebagai sebuah organisasi yang memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat.
Tenaga pendidik dan kependidikan di dalam sekolah, memiliki emosi yang selalu dibawa disetiap sesi apapun saat melakukan layanannya.
Guru yang mendidik siswa di ruangan kelas, tenaga tata usaha saat melayani kebutuhan administrasi, bendahara saat menerima pembayaran pembiayaan dan kepala sekolah ketika memberikan penjelasan program kepada walimurid, serta semua aktifitas layanan lainnya di sekolah.
Baca Juga: Ilmu Branding untuk Sekolah Antara Perusahaan dan Lembaga Pendidikan, Apakah Ada?