Moral Covid-19

- 9 April 2020, 15:00 WIB
Hamdan Juhannis.*/
Hamdan Juhannis.*/ /hajinews.id

Kita dari awal sudah disuguhi kosa kata penderitaan: isolasi, sesak napas, cuci tangan tiap 30 menit, data kematian, atau isu penularan di udara. Untung baik belum ada yang pernah menyebarkan: corona menular melalui pikiran.

Pada gilirannya, masyarakat tidak ingin dipersepsi sebagai kalangan menderita dan membuat keluarga lainnya semakin terpojok karena jarak interaksi diri yang semakin jauh. Atau dengan kata lain, mereka tidak mau keluarganya ‘dijauhi’, atau lebih ekstrim lagi ‘dikucilkan’.

Baca Juga: Rapid Tes Minim, RI Hanya Ungguli Nigeria, Ethiopia, dan Bangladesh

Ketidakjujuran ini lebih diperparah dengan respon kelompok masyarakat yang menolak penguburan orang yang meninggalnya terindikasi covid. Sedih memang karena tak ada satupun yang ingin wafat dengan kesunyian. Tak ada yang bercita-cita jazadnya ditolak di tempat pemakaman.

Apa masalah yang harus diurai dengan lingkaran setan persoalan moral ini? Gerakan kejujuran dan secara terbuka mengakui kalau sampai terinfeksi. Perlu pula kampanye terbuka bahwa virus ini bisa mematikan manusia, tapi tidak boleh mematikan kemanusiaan.

Artinya, saat aparat membubarkan keramaian itu karena ancaman kematian manusia. Dan saat aparat menindak mereka yang menghalangi penguburan mayat itu karena ancaman kematian nilai kemanusiaan.

Yang tidak kalah pentingnya, covid ini hadir untuk menjadikan dirinya sebagai musuh kita bersama (common enemy). Dalam praktek hidup, semua orang bersatu saat menemukan musuh bersama. Apakah anda generasi kolonial atau anda produk era milennial? Yang jelas anda adalah generasi Covid 19. (*)

 

*) Rektor UIN Alauddin Makassar

 

Halaman:

Editor: Dian Effendi

Sumber: hajinews.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah