Merayakan Ibu Nusantara, Pahlawan Kita Semua

- 11 November 2021, 21:22 WIB
Seminar Nasional Komnas Perempuan : mengungkap pahlawan-pahlawan perempuan yang tidak tercatat Sejarah. Apa sajakah?
Seminar Nasional Komnas Perempuan : mengungkap pahlawan-pahlawan perempuan yang tidak tercatat Sejarah. Apa sajakah? //Pixabay/Free-Photos

Baca Juga: Komnas Perempuan: Usut Tuntas Aksi Teror terhadap Orang Tua dan Keluarga VK

Tamu Rambu Margaretha, bangsawan yang berasal dari Rakawatu, Kecamatan Lewa, Sumba Timur, yang berkiprah dalam upaya penyetaraan akses pendidikan bahkan kepada masyarakat dengan status sosial paling rendah di Sumba atau yang biasa disebut “Hamba”, mengingat ketimpangan relasi kuasa antara Tuan dan Hamba di Sumba sangat berdampak pada kesenjangan akses dan partisipasi termasuk di bidang pendidikan. Bahkan beliau memiliki keyakinan kuat bahwa pendidikanlah yang menjadi tulang belakang yang akan menguatkan pribadi untuk bekal hidup serta jalan pembebasan suatu perbudakan.

Boetet Satidjah, wanita yang berasal dari Tapanuli Selatan ini merupakan pendiri sekaligus redaktur dari Media Perempoean Bergerak pada tahun 1919 hingga 1920, hal ini menjadi wujud emansipasi perempuan Indonesia kala itu, dimana saat banyak perempuan yang tidak memiliki keberanian untuk mendobrak patriarki, pemikiran kritisnya terhadap isu kesetaraan bidang pendidikan maupun keadilan peran dalam rumah tangga membawanya menjadi feminis yang mengajak perempuan keluar dari keterbelakangan dan keterpurukan kala itu salah satunya dengan dibentuknya Rubrik Khusus Beroending dalam Media Perempoean.

Baca Juga: Peristiwa 14 Oktober 1945, Pemicu Terjadinya Pertempuran Lima Hari di Semarang

Namun secara khusus dalam penyampaian berbagai materi, disebutkan bahwa berbagai kegigihan, keberanian, serta dedikasi dari para pahlawan perempuan tersebut justru menghadapi tantangan dari adanya catatan sejarah yang diskriminatif terhadap perempuan, peran yang tidak ditulis, dibicarakan bahkan disinggung sama sekali dalam pentas sejarah Indonesia.

Acara ini juga dihadiri oleh seluruh komisioner Komnas Perempuan beserta jajarannya . Diantaranya,  Rena Asyari (Pengajar), Olivia Salampessy (Wakil Ketua Komnas Perempuan), Lia Anggia Nasution (Dosen), Ita F. Nadia (Ketua RUAS), R. Azmi Abu Bakar (Pemilik Museum Peranakan Tionghoa), hingga Martha Hebi (Aktivis Perkumpulan SOPAN Sumba Timur) dan Amira Hasna Ruzuar (Badan Pekerja Komnas Perempuan).

Pada akhir acara, Komnas Perempuan menegaskan upaya pemajuan hak-hak perempuan tidak berhenti bahkan setelah kata merdeka.

Mengingat upaya penghapusan ketidakadilan masih harus terus diperjuangkan agar kemajuan hak-hak perempuan tidak hanya sebatas slogan semata.***

Halaman:

Editor: Suci Arin Annisa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah