Network
Bandingkan dua babad tersebut dengan Babad Dalem. Yakni, saat Sunan Giri III meminta raja Bali memeluk Islam. Disebutkan, Raja Bali menolak dengan cara yang halus. Bukan justru mengusir seperti yang digambarkan tentang sosok Adipati Menak Sembuyu.
Dalam Babad Dalem, meski tidak memeluk Agama Islam, Raja Bali malah dengan baik hati memberi tanah untuk tempat tinggal Sunan Giri III di kampung Selam, Gelgel.
Kita belum membahas cerita ini dari sisi Suluk Balumbung sebagai pembanding Babad Walisongo. Dalam Suluk Balumbungan, karakter Adipati Menak Sembuyu sangat jauh berbeda dengan cerita di atas.
Yang jelas, Syeikh Maulana Ishaq tidak pernah memaksa mertuanya memeluk Islam. Tidak mungkin Syeikh Maulana Ishaq, sebagai wali Allah memaksa seseorang untuk mengikuti keyakinannya. Selain itu, agama memang tidak boleh diajarkan dengan paksaan.
Sekarang, khalayak menganggap Adipati Blambangan adalah pemimpin atau tokoh yang tak tahu balas budi. Setelah kerajaannya diselamatkan dari wabah, namun penyelamatnya justru diusir dengan sangat hina dan memalukan.
Kisah ini, dalam sumber-sumber fanatik lain bahkan sengaja dihapus. Sehingga nama Adipati Menak Sembuyu seperti sengaja dihilangkan karena alasan sentimen agama.
Bagi sebagian orang yang fanatik, tidak ada nama Adipati Blambangan bernama Menak Sembuyu. Bagi mereka Blambangan adalah Kerajaan Hindu terakhir di tanah Jawa, maka jejak adanya Islam harus dihapus.
Dan ujung-ujungnya pendapat VOC, yang katanya mereka benci itulah yang dipakai, bahwa Islam baru disebarkan ke Blambangan oleh VOC pasca penaklukkan tahun 1767-1768. Lucu!
_______________
Catatan Penulis: Poin yang didiskusikan dalam tema ini adalah: “Blambangan Tak Tahu Balas Budi” bukan soal agama.
