Sejarah Puasa Asyura dan kaitannya dengan tradisi umat Yahudi

- 28 Agustus 2020, 19:45 WIB
Sejarah Puasa Asyura dan kaitannya dengan tradisi umat Yahudi
Sejarah Puasa Asyura dan kaitannya dengan tradisi umat Yahudi //BeritaBulukumba.com/BeritaBulukumba.com

RINGTIMES BANYUWANGI- Puasa Asyura merupakan puasa sunnah yang dilakukan oleh umat muslim pada hari ke sepuluh bulan Muharram.

Sejarah puasa Asyura yang dimaksud adalah puasa Asyura diterapkan melalui beberapa tahapan.

Tahapan pertama, Nabi Muhammad SAW melaksanakan puasa Asyura di Makkah dan beliau tidak perintahkan yang lain untuk melakukannya.

Baca Juga: Profesi Guru dan Dosen Juga Akan Dapat Tunjangan Sebesar 1,7 Triliun dari Pemerintah

Tahapan kedua, pada awal ketika kedatangan beliau di Madinah pada bulan Rabiul Awal, Nabi saw melihat orang Yahudi melakukan puasa Asyura dan memuliakan hari tersebut.

Dari ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata

قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: مَا هَذَا؟، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى الله بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

“Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam tiba di Madinah, dan beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa hari ‘Asyura. Beliau bertanya kepada mereka: “Hari besar apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka. Maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.” Nabi shallallalhu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saya lebih layak dengan nabi Musa dibandingkan kalian.”Maka beliau berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan para shahabat untuk berpuasa ‘Asyura.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Pembahasan soal TVRI untuk tingkat SMP, Jum’at, 28 Agustus 2020

Lalu Rasulullah pun ikut berpuasa ketika itu. Kemudian ketika itu, beliau memerintahkan pada para sahabat untuk ikut berpuasa. Melakukan puasa Asyura ketika itu semakin ditekankan perintahnya.

Mengetahui keutamaan puasa di hari kesepuluh bulan Muharram itu, sampai-sampai para sahabat memerintah anak-anak kecil mereka untuk turut berpuasa.

Nabi Muhammad SAW biasa melakukan puasa Asyura di Makkah sebagaimana dilakukan pula oleh orang-orang Quraisy.

Baca Juga: Bacaan Surah An-Nasr dan Terjemahannya Sebagai Isyarat Ajal Rasulullah Saw

Kemudian Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah dan menemukan orang Yahudi melakukan puasa Asyura, lalu beliau pun ikut melakukannya.

Namun Rasulullah SAW melakukan puasa ini berdasarkan wahyu, berita mutawatir (dari jalur yang sangat banyak), atau dari ijtihad beliau, dan bukan semata-mata berita salah seorang dari mereka (orang Yahudi).

Tahapan ketiga, Nabi saw bertekad di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa Asyura dibarengi dengan hari lainnya dan diikutsertakan dengan puasa pada hari lainnya.

Baca Juga: Cara Dapatkan Kuota Internet Gratis dari Pemerintah, Bagi Pelajar Saat Pandemi Covid-19

Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.

Ibnu Abbas ra berkata bahwa ketika Nabi saw melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata:

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas Rasulullah SAW mengatakan:

“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.”

Namun belum sampai menemui tanggal 9 dan 10 di tahun berikutnya, Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu wafat pada tanggal 12 Rabiul awal.***

Editor: Dian Effendi

Sumber: Journal UIN Antasari


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x