UMKM Kerupuk Panda Jadi Produk Andalan Desa Sukojati, Dikirim Sampai Pulau Bali

- 17 Maret 2022, 15:29 WIB
Kerupuk merupakan salah satu produk makanan unggulan di Desa Sukojati, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi.
Kerupuk merupakan salah satu produk makanan unggulan di Desa Sukojati, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi. /Ringtimes Banyuwangi/

RINGTIMES BANYUWANGI - Kerupuk merupakan salah satu produk makanan unggulan UMKM di Desa Sukojati, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi.

Ditemui di rumahnya, Abdul Kholik menjelaskan bahwa usaha kerupuk yang dijalaninya sudah berdiri sejak 1980-an.

Berbahan dasar tepung tapioka dan bumbu pilihan, tak jarang kerupuk miliknya menjadi idola dan dikirim ke luar kota hingga Pulau Bali.

Baca Juga: Pemkab Banyuwangi Gelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan, Ipuk: Tetap Berinovasi

“Saya hanya punya satu produk saja, ukurannya kerupuk saya beda dengan yang lain, kecil dan hanya sekitar 1,5 x 6 sentimeter,” kata Kholik.

Walaupun diluar sana banyak saingan, Kholik tetap konsisten membuat kerupuk berukuran kecil. Alasannya hanya untuk menumbuhkan ciri khas atau branding miliknya.

Biasanya warga menyebut kerupuk miliknya dengan 'kerupuk tepung rambak'. Hal itu dikarenakan tekstur renyah dan gurih seperti rambak.

Padahal Kholik tidak pernah menyampurkan bahan kulit sapi dalam kerupuknya. Ia hanya mencampurkan tepung dan rempah seperti bawang putih dan penyedap lainnya.

Baca Juga: Gula Merah Jadi Produk Unggulan Desa Sukojati Banyuwangi, Kualitas Bahan Diperhatikan

Sementara ini, produksi kerupuk miliknya dikerjakan secara manual (tangan) dan masih diolah dengan cara tradisional.

“Setiap hari saya memproduksi sekitar 1 sampai 2 kuintal saja, dan itu saya kerjakan hanya dengan tiga pekerja saja, usaha saya ini kan ya masih kecil,” katanya

Lanjutnya, usaha yang ditekuninya mengalami penurunan sejak pandemi covid-19. Akibatnya, pengiriman ke luar kota menjadi terhambat.

“Iya terdampak sekali, waktu awal pandemi itu terasa sekali, pengiriman ke luar kota terhambat, akhirnya produksi saya mulai menurun,” lanjutnya

Tidak hanya itu, kondisi cuaca yang kurang baik atau sering hujan, juga membuat produksi kerupuk terhambat.

Baca Juga: Kasus Stunting di Banyuwangi Masih Tinggi, Dinkes: Asupan Nutrisi Ibu Hamil dan Balita Masih Rendah

Apabila terlalu lama tidak mendapatkan panas, maka kualitas kerupuk menjadi kurang baik. Dari segi warna dan tektur pun akan mempengaruhi.

“Kalau nggak ada matahari, kerupuk saya lama kering, tapi kerupuk saya aman dan tidak sampai jamuran, mungkin dari segi warna saja yang sedikit berubah,”

Kholik terus menjalani usahanya dengan semangat. Kini usahanya mulai naik kembali usai pandemi dua tahun terakhir.***

Editor: Dian Effendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x