Telepon Angin di Jepang sebagai Alat Komunikasi dengan Orang yang Sudah Meninggal

- 8 April 2022, 20:30 WIB
Ilustrasi bilik telepon.
Ilustrasi bilik telepon. /Natary T/Unsplash/

Di dalam bilik telepon terdapat catatan yang ditulis tangan oleh pengunjung, bersamaan dengan puisi yang dibingkai.

Baca Juga: Perancis Usir 35 Diplomat Rusia, Simak Tanggapan dari Kremlin

Salah satunya berbunyi, "siapa yang akan kamu hubungi di telepon angin? Ketika kamu mendengar angin, berbicaralah kepada mereka dari lubuk hatimu. Katakan kepada mereka bagaimana perasaan dan pikiranmu untuk dicapai oleh mereka."

Kabar ini tersiar hingga ke kabar berita Jepang dan tercatat bahwa 10.000 pengunjung dari seluruh Jepang melakukan perjalanan ziarah ke puncak bukit di Otsuchi ini dalam waktu tiga tahun setelah bencana.

Dalam penggunaannya, sama seperti telepon biasa, dimaksudkan sebagai komunikasi satu arah. Pengunjung menghubungi nomor kerabat mereka dan mengetahui kehidupan mereka saat ini atau mengungkapkan perasaan yang diperlukan untuk melanjutkan.

Baca Juga: Penyiar Radio Putar Adzan Lebih Awal, Departemen Penyiaran Malaysia Angkat Bicara

Menurut Sasaki, banyak dari mereka merasa terhibur dengan harapan kerabat mereka karena dapat mendengarkan mereka dan bilik telepon kecil ini juga membantu membangun kembali kehidupan mereka secara perlahan.

Otsuchi yang terletak di pantai Sanriku sekitar 300 mil utara Tokyo. Pada Maret 2011 kota ini hancur oleh tsunami dan gempa bumi. Diperkirakan sekitar 10% dari populasi kota – sekitar 1.285 orang – meninggal atau hilang dalam bencana tersebut.

Miwako, istri dari Sasaki adalah salah satu dari hampir 20.000 orang di timur laut Jepang yang tewas dalam bencana pada 11 Maret 2011.

Baca Juga: Inggris Janji Akan Kirimkan Senjata Mematikan untuk Ukraina, Ini Beberapa yang Pernah Dikirim

Halaman:

Editor: Shofia Munawaroh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah