"Negara-negara ini (Malaysia dan Singapura) dapat membuat pernyataan publik yang menyatakan netralitas, tetapi sulit untuk mengabaikan fakta bahwa pernyataan semacam itu dan bagaimana penempatan militer dianggap berbeda di lapangan," ujarnya.
Tak ada prediksi terkait posisi Indonesia dari kedua ahli pertahanan tersebut.
Di samping itu, sebuah laporan yang diterbitkan tahun lalu oleh Pusat Studi Amerika Serikat di Universitas Sydney menemukan bahwa jika konflik bersenjata pecah antara kedua negara maka rudal balistik berteknologi tinggi milik Tiongkok kemungkinan besar akan terjadi.
Efeknya dapat melumpuhkan pangkalan militer AS dan armada angkatan laut di seluruh wilayah Pasifik Barat dalam beberapa jam.***(Farida Al-Qodariah/Pikiran Rakyat)