Kesaksian Jurnalis Rusia atas Kebohongan Pasukan Vladimir Putin, Presiden Ukraina: Terima Kasih

20 Maret 2022, 09:02 WIB
Jurnalis Rusia berikan kesaksian atas kebohongan pasukan Vladimir Putin selama ini. Mengetahui hal itu, Presiden Ukraina ucap terima kasih. /Reuters/Maxim Shemetov/David W. Cerny

RINGTIMES BANYUWANGI – Konflik Rusia yang menginvasi Ukraina semakin memanas dan memasuki babak baru.

Kian menggemparkan, perang antara Rusia dengan Ukraina ini memberikan dampak yang luar biasa bagi dunia internasional.

Tak sedikit pihak yang pro memberikan dukungan kepada Rusia untuk terus melayangkan gencatan senjata melawan Ukraina.

Meskipun demikian, lebih banyak pula pihak yang mendukung dan membela Ukraina, tak terkecuali jurnalis dari Rusia.

Baca Juga: Pasukan Vladimir Putin Seret Anak TK Berkampanye Lawan Ukraina, Tuntut Kesetiaan dengan Senjata

Jurnalis dari Channel One Rusia, Marina Ovsyannikova, menggegerkan publik dengan kesaksian yang diberikannya dalam mengupas tuntas kebohongan pasukan Vladimir Putin.

Kesaksian ini digaungkannya untuk mengecam keras tindakan pasukan Vladimir Putin yang menyerang Ukraina tanpa henti.

Pasca memberikan kesaksian, jurnalis Rusia yang pemberani tersebut telah berhenti dari pekerjaannya.

Akan tetapi jurnalis Rusia tersebut menolak untuk menerima tawaran suaka di Prancis setelah secara terbuka menantang narasi Kremlin tentang perang di Ukraina di siaran langsung TV.

Baca Juga: Vladimir Putin Disebut Sebagai Penjahat Perang, Beberapa Negara Sedang Melakukan Penyelidikan

Ovsyannikova ditahan dan didenda karena menerobos masuk ke set berita malam unggulan beberapa hari lalu.

Ia memegang poster bertuliskan "Tanpa Perang" dan "Mereka berbohong kepada Anda di sini".

Dikutip dari Al Jazeera, jurnalis itu mengatakan dia telah menyerahkan semua dokumen untuk pengunduran dirinya dari Channel One.

Dikutip Ringtimesbanyuwangi.com dari berita Depok.Pikiran-Rakyat.com berjudul "Editor TV Rusia yang Menentang Invasi di Ukraina Sebut Tidak akan Terima Tawaran Suaka: Saya Seorang Patriot"

Ovsyannikova, yang memiliki dua anak kecil, mengatakan bahwa dia telah menghancurkan kehidupan keluarganya dengan sikap tersebut, dan putranya mengungkap bahwa putranya cemas pada nasibnya.

Baca Juga: Ukraina Terus Menerus Ajukan Damai dengan Rusia, Apa Keputusan Pasukan Vladimir Putin?

“Tapi kita harus mengakhiri perang saudara ini sehingga kegilaan ini tidak berubah menjadi perang nuklir. Saya berharap ketika anak saya lebih besar dia akan mengerti mengapa saya melakukan ini,” katanya.

Dia menambahkan beberapa rekannya telah mengundurkan diri tetapi banyak yang tidak dapat melakukannya karena masalah ekonomi.

“Saya senang orang-orang menyerahkan surat pengunduran diri mereka, tetapi situasi ekonomi sangat sulit dan orang-orang merasa sangat sulit untuk berhenti,” katanya.

Dalam wawancara terpisah, Ovsyannikova mengatakan dia tidak akan menerima tawaran suaka yang diajukan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dan akan tinggal di Rusia.

Baca Juga: Pasukan Vladimir Putin Andalkan China Atasi Sanksi, AS Peringatkan Invasi Beijing

“Saya tidak ingin meninggalkan negara kita. Saya seorang patriot, anak saya terlebih lagi. Kami tidak ingin pergi dengan cara apa pun, kami tidak ingin pergi ke mana pun,” tuturnya.

Meskipun telah dibebaskan, dia dapat menghadapi tuntutan lebih lanjut, yakni penjara di bawah undang-undang baru yang disetujui pada 4 Maret.

Undang-undang itu membatasi kebebasan berbicara tentang perang di Ukraina.

Aktivis kebebasan pers di luar Rusia menuduh televisi pemerintah melukiskan gambaran perang yang sangat terdistorsi dalam upaya untuk mempertahankan dukungan bagi apa yang disebut Kremlin sebagai operasi militer khusus.

Ovsyannikova mengatakan bahwa sebagian besar rekannya menyadari peran mereka dalam menyebarkan informasi yang salah.

Baca Juga: Vladimir Putin Putuskan Perang Pakai Nuklir Bila Makin Marah, CIA Beri Peringatan Keras

"Mereka tahu betul bahwa mereka melakukan sesuatu yang salah," ungkapnya.

Televisi pemerintah, sumber utama berita bagi banyak orang Rusia, dengan cermat mengikuti garis Kremlin bahwa Rusia terpaksa bertindak di Ukraina untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” negara itu, dan untuk membela penutur bahasa Rusia di sana dari “genosida”.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menyatakan terima kasih kepada mereka yang memerangi disinformasi dan mengatakan yang sebenarnya.

"Dan secara pribadi kepada wanita yang memasuki studio Channel One dengan poster menentang perang," ujar Zelenskyy.***(Linda Agnesia/Depok.Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Suci Arin Annisa

Sumber: Depok.pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler